November 10, 2011

When God was a Rabbit


Judul Buku : When God was a Rabbit
Penulis : Sarah Winman
Penerjemah ; Rini Nurul Badariah
Penyunting : Dhewiberta
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan pertama, 2011
Tebal : 398 halaman, paperback
ISBN : 978-602-8811-63-7

Yak, semula saya berpikir novel ini novel spiritual. Apalagi membayangkan makna judulnya, ”when God was a Rabbit”. Tapi jangan salah sangka dulu kalau novel ini diceritakan dari sudut pandang kelinci. Tidak. Kisah dalam buku ini diceritakan dari sudut pandang seorang anak perempuan yang bernama Eleanor Maud. Elly, panggilan akrab gadis kecil ini, mengalami trauma mendalam pada saat umurnya yang masih muda. Seorang lelaki bernama Mr. Golan telah melakukan sesuatu padanya. Rahasia yang ia simpan rapat-rapat, hanya Joe, kakaknya, yang mengetahui cerita itu.

Suatu ketika, Joe menghadiahkan seekor terwelu kepada Elly sebagai hadiah Natal. Terwelu Belgia itu diberi nama “god”. Semenjak kehadiran god inilah, sepertinya Tuhan makin banyak berperan dalam kehidupan Elly dan orang-orang yang dikenalnya. Keluarga Elly adalah keluarga yang biasa, selain fakta bahwa Ibunya orang yang percaya pada Tuhan tetapi tidak dengan Ayahnya. Ayah Elly adalah seorang yang tidak mempercayai Tuhan. Sampai suatu hari ia bernegosiasi dengan Tuhan, sebuah hal yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.

Cerita di buku ini penuh konflik yang lembut, adanya masalah-masalah yang dihadapi beberapa tokoh termasuk teman Elly yang bernama Jenny Penny juga sebagian besar mewarnai buku ini. Belum lagi kisah asmara yang tidak lazim di keluarganya Elly, kisah tentang Tantenya Elly yang bernama Nancy dan kisah asmara Joe yang menarik untuk diikuti.

Dari buku ini banyak pesan moral yang disisipkan penulis. Pelajaran berharga kehidupan antara seorang kakak dengan adik, persahabatan, kisah asmara. Membaca buku ini tidak hanya menyegarkan pikiran kita dengan bahasa-bahasanya yang sederhana, dengan suasana kehidupan dan peristiwa-peristiwa yang kita dengar nyata, tapi juga memberikan asupan bagi jiwa kita.

“Keberadaan harus bertujuan: agar sanggup menahan derita hidup secara terhormat, memberi kita alasan untuk tidak menyerah. “, Hal.16

4/5 bintang untuk “When God was a Rabbit”. :)
5 komentar on "When God was a Rabbit"
  1. wah.. kita tayang bareng nih... :) awal baca buku ini, rada-rada aneh dan gak ngerti. Tokoh-tokohnya unik2 :)

    BalasHapus
  2. Nyaris beli, tapi tertunda karena ngincer buku yang lain dulu :)

    BalasHapus
  3. makin gemes pengen segera baca bukunya

    BalasHapus
  4. eh iya Mbak Ferina. hohoo.. iya, setiap tokoh punya karakter yang kuat..

    @enggar dan sinta: ayo, beli.. :D

    BalasHapus
  5. Aku baru aja selesei baca buku ini.. Kereeeeenn.. Suka banget,hehe

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,