Februari 19, 2012

Melepas Ranting Hati


Judul Buku : Melepas Ranting Hati
Penulis : Sanie B. Kuncoro
Penyunting : @angtekkhun
Penerbit : Gradien Mediatama
Cetakan Pertama : 2011
Tebal : 184 halaman, paperback

Momen ini sudah terpikirkan sebelumnya dalam pikiran Lare, gadis yang tidak suka alpukat ataupun kopi, bahwa Karin akan mendatanginya membahas hubungannya dengan Giri. Tiga tahun hubungan Karin dengan Giri ternyata tidak berlalu dengan baik. didasari sifat Karin yang terlalu protektif mengekang kebebasan Giri sebagai lelaki.

Hadirnya Lare di antara kisah percintaan mereka tak urung membuat Karin resah, sudah pasti ia tidak akan mau kehilangan lelaki yang sangat dicintainya itu. Namun mengapa Giri memilih Lare? Apa yang bisa diberikan Lare sehingga ia menggeser posisi Karin di hati Giri? Siapa yang akan mundur dalam mendapatkan hati Giri, Akankah Karin atau Lare?

Ini adalah sebuah kisah yang menjadi judul utama dalam Buku karya Mbak Sanie kali ini, Melepas Ranting Hati. Buku yang terdiri dari 12 cerita pendek tentang cinta, kehidupan, mimpi, taruhan dan pilihan ini menawarkan sisi lain romansa manusia.

Sayangnya ada banyak inti cerita yang diulang lagi di cerita dengan judul berbeda.  Apalagi diletakkan dalam susunan yang berurutan, ini membuat saya sebagai pembaca jadi berpikir, ‘Tunggu. Kok ceritanya gini lagi? Kok kalimat percakapannya hampir sama?’

“Kalau kau tidak bisa memilih, kami yang akan menentukan.”-Hal.34
“Kalau begitu, kami yang akan melakukannya -Hal.48

Atau dua cerita yang berbeda dengan tokoh utama yang namanya sama. Sebut saja Giri di ‘Melepas Ranting Hati’ dan muncul lagi di ‘Kidung Hutan Cemara’. Atau Geld di ‘Di Ambang Hari Valentin’ dan ‘Lembah Kali Kuning’. Serta adanya kejanggalan nama tokoh dalam cerita berjudul ‘Anyelir Putih’, sebenarnya bernama Kenanga atau Mega?

“Kenanga menggelengkan kepalanya. Matanya muram. Hans tahu, Mega kecewa sekali padanya.”-Hal. 80

Serta bunga anyelir putih yang tiba-tiba menjadi pokok cerita tanpa diketahui darimana asal mula kisahnya. (Entah ini kekeliruan dalam meng-cut cerita dengan sengaja atau tidak)

Tapi dari semua cerita pendek di buku ini, ada satu yang paling saya suka, yang berjudul ‘Camar Terakhir’. Latar cerita di pantai seakan memberi kesegaran saya dari cerita –cerita sebelumnya yang sering menyuguhkan episode memanjat gunung. Pesan kesungguhan dan semangat yang diceritakan lewat tokoh utamanya juga membuat warna lain cerita tentang cinta di buku ini.

Dengan bahasanya yang puitis dan pesan-pesan yang terselip di dalam cerita, Mbak Sanie terampil dalam mengolah kata demi kata ceritanya.

Sebuah pesan yang saya temukan di halaman 153, contohnya.
“Kamu benar. Untuk bisa dihargai, seseorang harus punya harga diri.”

3 bintang untuk buku ini. Buku yang asyik untuk dinikmati terlebih bagi Anda para pencinta suasana pegunungan yang menjadi latar cerita.


4 komentar on "Melepas Ranting Hati"
  1. wah sudah lama saya tak membaca karya mbak sanie

    BalasHapus
  2. kalau baca buku indonesia namanya cenderung aneh2 ya Mbak..itu Lare dibacanya gimana ya? Hurup "e" nya seperti "ember" gitu? *dibahas* anyway blm pernah baca karya mbak sanie nih, jadi pengen tau juga =)

    BalasHapus
  3. kayaknya sih gitu Mbak Astrid.. hehehh.. Lare itu bahasa jawa dari 'bocah' kalau nggak salah. :)

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,