Juni 10, 2013

Dongeng ketiga belas – The Thirteenth tale




Judul Buku : Dongeng ketiga belas – The Thirteenth tale
Penulis : Diane Setterfield
Alih Bahasa : Chandra Novwidya M.
Editor : Siska Yuanita
Penerbit  : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan kedua : Maret 2009
Tebal : 608 halaman
ISBN : 978-979-22-4129-7


Buat saya, dongeng memiliki kekuatan tersendiri dalam memberikan penghiburan. Ia adalah cerita yang cocok dibaca siapa saja, pada saat apapun, baik saat senang maupun sedih. Dongeng mungkin memberikan fantasi kebahagiaan, menyulut harapan, meski ada juga dongeng yang menyedihkan. Tapi saya selalu suka dongeng, apapun ceritanya, siapapun pemainnya dan di mana latar ceritanya.


“Dongeng membutuhkan kata-kata. Tanpa kata-kata, dongeng akan menjadi pucat, sakit dan mati. Dan kemudian kisah itu akan menghantuimu.” – Hal.36


Margaret Lea adalah seorang penulis biografi mud ayang biasa-biasa saja. Namanya tidak tertulis di buku-buku terkenal yang dipajang di etalase toko, atau menjadi pembicara di berbagai jumpa pers para penulis. Ia hanya pernah menerbitkan satu esai kisah tentang kakak beradik Edmond, dan beberapa tulisna biografi yang ia pernah buat adalah biografi dari mereka yang sudah mati. 


Suatu saat, hampir malam, ketika Margaret menemukan sepucuk surat di anak tangga toko buku milik Ayahnya. Surat itu ditujukan kepada Margaret dan dikirimkan atas nama Vida Winter, Penulis terkenal di Inggris saat itu. Vida telah menerbitkan 56 buku dalam 56 tahun dan diterjemahkan ke 49 bahasa. Ia bahkan dianggap sebagai Dickens abad ini. Wanita itu meminta Margaret agar mau menuliskan biografi Vida Winter yang sesungguhnya. Sebenarnya sudah berkali-kali para wartawan menanyakan langsung kepada Vida, cerita masa lalu Vida. Tapi Vida selalu memberikan cerita yang berbeda kepada mereka, cerita yang adalah dongeng belaka, bukan kisah sebenarnya.



“Ceritakan padaku yang sesungguhnya.”



Seorang lelaki yang datang kepada Vida adalah pemicu dari keinginan Vida untuk menuliskan kisah hidupnya.Semenjak kedatangan lelaki itu, dan semakin sedikit dongeng yang bisa Vida ceritakan, saat itulah Vida tahu bahwa sekarang adalah saat yang tepat untuk menceritakan masa lalunya kepada dunia melalui tangan Margaret. Meski sudah mengetahui siapa Vida, tapi Margaret belum pernah sekalipun membaca hasil karyanya. Margaret lebih suka menyusuri toko buku tua milik Ayahnya, mencari almanak-almanak, buku buku tua alih-alih membaca Novel Vida.

Salah satu novel Vida yang terkenal adalah yang berjudul ‘Tiga Belas Dongeng’, novel itu berisi kumpulan dongeng yang anehnya tidak ada dongeng ketiga belas. Hanya berisi dua belas dongeng, meski judulnya seakan mengisyaratkan ada 13 cerita di dalamnya. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab Margaret turut penasaran untuk menuliskan kisah Vida yang sebenarnya.


“Kelahiran sebenarnya bukan permulaan. Awal hidup kita bukanlah milik kita, melainkan kelanjutan dari kisah orang lain” – Hal.97


Datanglah Margaret ke kediaman Vida Winter di daerah utara, pada saat musim dingin. Di rumah itu kelak Vida akan mengisahkan sebuah cerita tentang keluarga Angelfield. Tentang Isabelle yang cantik dan keras kepala, Charlie yang pemberontak dan Si kembar, Adeline dan Emmeline, yang liar. Keluarga Angelfield merupakan keluarga yang dijauhi oleh tetangganya, hal ini disebabkan ada saja masalah yang ditimbulkan oleh anggota keluarga mereka. 

Margaret yang mendengarkan dan menuliskan kembali kisah itu terkadang ragu, apakah ini benar kisah Vida Winter, atau hanya sebuah dongeng lain yang dikisahkan kepadanya?


Ternyata ini bukan novel fantasi yang ‘terlalu fantasi’, seperti dugaan saya. Isinya lebih misterius dan lebih kelam daripada yang saya kira, dan benar-benar membuat saya penasaran karena ada banyak ‘lubang’ di kisah Vida yang seakan menunggu untuk dikuak, Siapa sebenarnya Vida ini. Meski ada dua kisah yang diceritakan, yaitu kisah Angelfield dan kisah Margaret, tapi penulis mampu dengan lancar mengisahkan dan menautkannya dengan apik dan halus. Misteri dan poin-poin penting dijabarkan penulis dengan lancar, bahkan terkadang tersamar sehingga pembaca gemes sekaligus frustasi, ini kisah Vida beneran atau bukan?


Selain tokoh-tokoh utama, para tokoh sampingan anehnya diam-diam memberikan kunci untuk pembaca menguak siapa sebenarnya Vida. Selain itu misteri kembaran Margaret yang hilang juga menambah kemisteriusan kisah ini. Margaret adalah wanita yang berani dan penuh rasa ingin tahu. Ia jeli, sabar dan teliti, mungkin ini karena ia terbiasa menulis biografi dari orang yang sudah mati. Sedangkan Vida lebih diceritakan sebagai wanita yang dingin, kaku, seenaknya sendiri, dan keras kepala.


Sebuah cerita yang apik, seru dan layak untuk dikoleksi. Bintang lima untuk buku ini. :)
3 komentar on "Dongeng ketiga belas – The Thirteenth tale"
  1. Weits... bintang 5. Punyaku masih tertimbun. Tapi udah direncanakan untuk dibaca dalam tahun ini :D

    BalasHapus
  2. halo kak.. buku ini serem gak sih ceritanya? aku sempet mau beli tapi takut ceritanya bikin gabisa tidur, hihihi

    BalasHapus
  3. enggak serem kok, ngga ada hantu, monster atau apapun.. cuma misteri aja, ga bakal bikin miimpi buruk :)

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,