April 29, 2014

The Memory Child




Judul Buku : The Memory Child
Penulis : Steena Holmes
Penerbit : Lake Union Publishing
Kindle edition, 221 halaman
Cetakan Pertama : Maret 2014

Diane dan Brian telah menikah selama dua belas tahun ketika kabar gembira itu datang. Diane hamil. Sukacita memenuhi benak Brian, setelah lama menanti bahkan hampir hampir ia menghapus mimpinya untuk menjadi seorang Ayah, kini mimpi itu malah terwujud. Dreans come true. Kehidupan mereka telah sempurna, karir yang memuaskan, keuangan yang mantap dan psikologis yang matang membuat Brian benar-benar bahagia mengetahui bahwa istrinya hamil.

Berbeda dengan Brian, Diane malah merasa tertekan dengan kehamilannya. Ia masih merasa tidak siap, dengan rutinitasnya, dengan kariernya yang baru dipromosikan, menjadi seorang Ibu adalah hal terakhir yang ada di daftar keinginannya. Selain itu, ia sangat takut tragedi postpartum yang menimpa ibunya bisa saja dialami Diane, ia takut membunuh bayinya sendiri seperti ibunya yang membunuh adik lelaki Diane.

Cerita Diane dan Brian diceritakan dari dua sudut pandang, Brian yang membawa kita ke peristiwa peristiwa setahun lalu ketika kehamilan Diane. Dan Diane yang menceritakan kehidupannya sekarang ini. Secara bergantian kita juga mengetahui bagaimana kemudian Diane merasa hidupnya setelah melahirkan Grace, nama anaknya, menjadi berubah seratus delapan puluh derajat. Ia sangat menyayangi Grace, meski Diane paranoia terhadap lingkungan sekitarnya, tapi saat bersama Grace ia merasakan ketenangan dan nyaman. Hanya ada Grace dan Diane. Oh iya, Entah kenapa Brian belum pernah menelepon Diane semenjak Grace lahir. Meski berkali kali Diane menerima surat dari Brian dan Diane membalas mengirimkan gambar anak cantiknya ke email Brian, tapi suaminya tak kunjung menelepon atau pulang menengok mereka.

Diane sangat tertekan karena hal ini, terutama karena dia juga merasa orang orang kini melihatnya dengan cara yang berbeda. Antara kasihan atau mungkin bahagia? Entahlah tapi pandangan dan tingkah laku mereka yang aneh sering membuat Diane tidak nyaman. Tapi untunglah ada Nani dan Charlie, dua wanita ini banyak membantu Diane melewati hari dan menjaga Grace saat Diane harus kembali ke kantor untuk berkerja.

Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa Diane diam diam merasa ada yang salah dengan semua ini? Mengapa setiap ia bangun tidur ia selalu merasa kesepian?

Membaca kisah Diane ini membuat saya turut larut dalam perasaan yang dimunculkan penulis. Saya merasakan bahagianya Dee (Diane) saat ia memandangi wajah anak perempuannya, atau saat menggendongnya, atau seakan saya juga hadir di sana melihat betapa imut senyumnya. Mungkin karena saya juga seorang Ibu? entahlah.

Perasaan frustasi juga membuat saya penasaran, apa yang sebenarnya terjadi pada Diane dan Brian. Apa pernikahan mereka baik-baik saja? Apa tragedi postpartum juga dialami oleh Diane? Apa Brian meninggalkannya?

Semalaman saya melahap buku ini dan voila, endingnya membuat saya cukup berkaca kaca. Rasanya sesak sih tapi lega.

Karakter Diane terlihat berubah ubah dalam cerita, dari Diane yang egois, angkuh, dan kuat menjadi Diane yang penuh cinta tapi rapuh di dalam. Meski demikian, Diane mencoba tegar dan memerangi ketakutannya sendiri, dituntun oleh Nani yang sangat perhatian, Diane pelan pelan mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
Buku yang menarik, sungguh. Saya merekomendasikan buku ini untuk dibaca tidak hanya oleh wanita, dengan sudut pandang Brian yang juga disertakan dalam buku ini membuat buku ini juga layak dibaca oleh para Pria :)

“An intense psychological drama” – KIRKUS REVIEW

Saya terlibat secara emosional pada kisah ini juga mungkin karena saya pernah mengalami Baby Blues setelah melahirkan anak pertama. Yang kemudian membuat saya penasaran apa perbedaan Baby Blues dengan postpartum psikosis? Gangguan kejiwaan seperti apa yang membuat Ibu Diane sampai tega membunuh anaknya sendiri?

“I love you more than life”

Psikosa pospartum Merupakan gangguan jiwa yang berat yang ditandai dengan waham, halusinasi dan kehilangan rasa kenyataan (sense of reality) yang terjadi kira-kira minggu pertama dalam 6 minggu pasca persalinan. (sumber) Jadi saya simpulkan sepihak bahwa kalau PP ini lebih ekstrem daripada Baby Blues.

Saya percaya bahwa wanita adalah sebuah anugerah yang harus dijaga. Sosoknya bisa menjadi kuat, tapi lembut pada saat yang bersamaan. Demikian pula ketika ia hamil dan mempertaruhkan nyawanya saat melahirkan 'manusia' lain ke dunia. Ia butuh dukungan, terkadang mungkin pertolongan yang ia segan untuk minta, dan limpahan  cinta dari orang orang terdekatnya. Eh tapi setelah membaca buku ini jangan khawatir atau takut untuk hamil, yah. Sebab hamil itu menakjubkan. :)




Sedikit tentang penulis :


  • Sold over 100,000 copies of Finding Emma in 2012
  • Reached #1 Bestseller in Literary Fiction on Amazon in August 2012
  • Winner of the 2012 Indie Excellence Award
  • Created NovelNeeds to provide editing, formatting, cover design, and offer an Author Assistant program (have since stepped away due to writing commitments)
  • USA Today Bestselling Author

6 komentar on "The Memory Child"
  1. Sudah lamaaa ga baca buku seputar keluarga dengan sengkarutnya.... Ebook, Vin? *kedip2kelilipan :))

    BalasHapus
  2. Lah vin, itu si Briannya kemana? mereka gak tinggal bareng kah?

    BalasHapus
  3. wooh... curiga ini ada twist2 yg menguras air mata dehhh XD baca buku2 gini jadi kangen pas hamil ya vin hihihi

    BalasHapus
  4. Waham apaan ya Vin? Eh itu kok malah kamu spoiler lho ck ck ck

    BalasHapus
  5. Reviewnya menyentuh... Bener kata mbak Astrid jadi pengen hamil lagi :)

    BalasHapus
  6. Penasaran sama 'rahasia'nya XD

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,