Juni 26, 2014

Where the Mountain meets the Moon






Judul Buku : Where the Mountain meets the Moon
 Penulis : Grace Lin
Penerjemah : Berliani M. N
Penerbit : Atria
Cetakan pertama : November 2010
ISBN : 978-979-024-460-3

Namanya Minli, ia hidup di sebuah desa yang miskin bersama Ma dan Ba, orang tuanya. Setiap hari Minli membantu kedua orangtuanya berkerja di sawah, untuk mencukupi hidup mereka yang sederhana. Satu satunya kekayaan yang dimiliki Minli, hanya dua batang tembaga yang dihadiahkan kepada Minli sejak hari kelahirannya. Atas kemiskinan ini, Sang Ibu selalu berkeluh kesah, dan beliau amat tidak suka jika suaminya menceritakan dongeng dongeng yang bercerita kekayaan dan impian kepada Minli. Baginya, hidup sudah cukup menderita, apalagi kalau ditambah dengan iming iming harta yang tak akan pernah bisa mereka miliki.


Suatu ketika, dengan tekad yang besar dan impian membahagiakan keluarganya, Minli pergi dari rumah untuk mencari Kakek Rembulan di Gunung tak Berujung. Konon Kakek ini tahu segalanya, dan siapa tahu, sepulangnya nanti, Minli bisa memenuhi rumahnya dengan emas dan kekayaan berlimpah berkat petuah si Kakek Rembulan.



Berbekal kompas dan petunjuk yang diberikan oleh seekor ikan mas, Minli menjelajahi hutan dan bertemu seekor naga yang terkungkung diikat oleh monyet monyet licik. Dibantu Minli, Sang Naga akhirnya bisa melepaskan diri dari jerat yang mengikatnya dan ia ikut dalam perjalanan Minli. Sang Naga juga ingin menanyakan satu pertanyaan kepada Kakek Rembulan, mengapa meskipun ia seekor Naga, tapi ia tak bisa terbang.


Sementara itu, Ma dan Ba yang diam diam ditinggal pergi Minli, melakukan pencarian dan pengejaran terhadap anak semata wayangnya. Dengan kalut dan rasa sedih yang bercampur, Ma memarahi Ba karena telah menjejali Minli dengan dongeng dongeng yang mustahil untuk terwujud, dan sekarang Minli pergi mencari kebenaran dari dongeng itu.


Bagaimana nasib Minli selanjutnya? Apa yang akan ia temui lagi dalam perjalanannya mencari Kakek Rembulan? Dan apakah orang tuanya berhasil menyusul Minli?

Sejujurnya, sudah lama buku ini saya pinjam dari Mbak Bzee, soalnya masuk Children Literature dan istimewanya, bertema Asia. Saya jarang membaca dongeng dari negeri Tiongkok dan tentu saya penasaran dengan kisah kisahnya, apalagi ada Naga di covernya. Hahaha.


Ternyata saya nggak butuh waktu lama untuk menamatkan buku ini. Siang dibaca, sore sudah selesai. Bahasanya gampang dicerna dan alurnya cepat, penceritaannya yang unik juga membuat saya penasaran bagaimana ending kisahnya. 

Ada banyak dongeng yang diselipkan dalam novel ini, jadi ketika si Minli berkelana, ia bertemu dengan banyak orang yang berkisah kepadanya. Nah kisah kisah ini ternyata saling bertautan satu sama lain. Wah pokoknya keren deh, seakan kalau tidak ada Minli, dongeng dongeng ini mungkin hanya sebatas dongeng belaka.

Minli mengajarkan kita banyak hal, mulai dari pengorbanan, kecintaan kepada ayah dan ibu, persahabatan, kepercayaan, keberanian, dan masih banyak hal lagi hal positif yang bisa diambil hikmahnya dari buku ini, terutama dari perjalanan Minli.

Cerita favorit saya yaitu ketika Minli diberikan sebuah baju hangat dari kain perca yang didapat dari sumbangan orang banyak. Seakan memberi pelajaran banyak hal tentang indahnya berbagi dan besarnya manfaat bersyukur. Mungkin saja suatu hal yang sepele yang sudah tidak kita butuhkan lagi, sebemarnya akan sangat bermanfaat bagi seseorang yang membutuhkan. 

 Karena ini berisi tentang dongeng dongeng asia, maka jelas nuansa Tiongkoknya terasa kental. Naga, benang merah, harimau, singa penjaga, dan ilustrasi anak kecil yang sering muncul di kertas angpao, semuanya dikisahkan dalam dongeng dongeng di buku ini. Membacanya terasa pulang ke rumah, hahaha, hangat penuh rasa syukur dan penuh kasih sayang.

Satu penggalan percakapan favorit saya, ketika Minli bertemu dengan seorang anak penggembala dan meminta bantuannya untuk bertemu Raja. Kala itu, Si anak penggembala menanyakan perihal tersebut kepada temannya, seorang anak perempuan lain  yang cantik jelita tetapi misterius keberadaannya.

“Aku sudah bertanya kepada temanku. Katanya, Raja mungkin ada di Pasar besok pagi, tapi kau harus menemuinya seorang diri.”
“Benarkah? Bagaimana dia bisa tahu?”
Si bocah mengangkat bahu.
“Kau tidak bertanya?  Tidakkah kau meras misterius karena kau hanya bisa berjumpa dnegannya sesekali?..... Siapa dia sesungguhnya?”
“Dia temanku. Itulah dirinya dan itu cukup untukku.”, si bocah memberikan jawaban singkat – Hal.104

Selamat membaca :)

6 komentar on "Where the Mountain meets the Moon"
  1. ahhh aku suka banget sama buku ini, colorful dan menyenangkan pas dibaca apalagi ceritanya juga bagus :)

    BalasHapus
  2. hahhaha, iya aku jatuh cintaa smaa bukunyaa. sayang cuma minjem x_x

    BalasHapus
  3. Beberapa kali pengen beli buku ini selalu gak jadi terus. Masih bimbang bukunya bagus apa engga. Tapi ternyata bagus ya? Nanti kalo nemu lagi, langsung beli ah :D

    BalasHapus
  4. Ini salah satu tipe buku yang aku suka....harus punya nih ^^

    BalasHapus
  5. Ini terbitan Atria bukan ya Vin? Atria itu suka bagus2 kalau nerbitin buku, sayang banyak yang ga dilanjut lagi

    BalasHapus
  6. sastra asia plus dongeng, berarti harusnya bisa buat 2 tema itu ya vin, hihihi...

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,