Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga
Almahendra
Tebal : 414 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-7274-1
Buku traveling yang tidak biasa. Itu kesan saya
setelah membaca keseluruhan buku ini. Cara penyampaian penulis terhadap kota-kota
istimewa di Eropa begitu memikat. Terlebih keluasan sejarah, rekam jejak yang
cukup detail, dan bahasa yang sederhana membuat saya bersemangat untuk segera
menuntaskan baca buku ini.
Penulis mengajak kita berjalan-jalan dulu di Wina,
mengunjungi Restoran spesial, karena menjungkirbalikkan konsep ekonomi di
dunia. Lalu berjalan-jalan ke Museum Kota Wina untuk bertemu Kara Mustafa
Pasha, seorang pemimpin penaklukan Islam Ottoman yang gagal menaklukan kota
Wina. Sebuah potret yang mengabadikan warisan pengetahuan, bahwa Islam adalah
rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, penyebaran Islam pun perlu dilakukan
secara baik-baik, dengan cinta dan kasih sayang, bukan dengan pedang dan meriam
yang akhirnya berujung kekalahan.
Kara Mustafa Pasha
Perjalanan kedua dalam mencari jejak-jejak Islam
di Eropa, adalah ke Paris. Pusat peradaban paling maju di dunia. Di Museum
Louvre, kita diperkenalkan dengan Kaligrafi Arab Kuno, Pseudo Kufic di sebuah
lukisan terkenal, The Virgin and The Child. Sebuah kalimat tauhid bertahta di pinggir hijab Bunda Maria.
Penasaran? Anda perlu membaca buku ini untuk mengorek keterangannya. :) Di
Paris, ada pemandangan satu garis yang indah. Air mancur besar, Monumen Obelisk
Mesir, Jalan Champs-Elysees dan Monumen Arc de Triomphe semua membentuk garis
lurus sempurna. Yang kalau dipanjangkan jauh ke timur tenggara, berujung ke
Mekkah.
The Virgin and The Child
Pada bagian ketiga perjalanan, kita menuju Cordoba
dan Granada. Di sini ada Mezquita yang terkenal, bangunan Masjid yang berubah
fungsi menjadi gereja. Bangunan seluas 24.000 m2 itu beraksen merah
dan putih. Kaligrafi arab masih menghiasi atap, meski penuh ”luka” karena
dicongkel dan dihapus jejaknya. Mihrab yang dijeruji menambah kedukaan yang
timbul karena menjadi refleksi kejayaan
Islam sekaligus kejatuhannya.
Mezquita
Di Granada, ada Al-Hambra, sebuah benteng
pertahanan yang menorehkan jejak penaklukan Kristen Spanyol yang terus
menggusur wilayah Kesultanan Islam. Benteng yang akhirnya menjadi saksi bisu
kekalahan Islam lainnya, dengan diserahkannya Granada dari Sultan terakhir ke
tangan Isabella dan Ferdinand yang akhirnya membaptis seluruh warga Granada
untuk memeluk agama Kristen. Tindakan yang sebenarnya ditentang oleh semua
golongan, termasuk Kaum Kristen asli penduduk Granada.
Al Hambra
Bagian Empat buku ini adalah perjalanan ke
Istanbul, Turki. Negara yang begitu bangga akan dualitas identitasnya. Satu kaki menjejak Eropa, dan Kaki satunya
menjejak Asia. Di Istanbul, kita diajak mengunjungi Hagia Sophia, bangunan yang
sempat menjadi Gereja, sempat menjadi masjid. Dengan keanggunan kaligrafi Islam
raksasa, motif lukisan Yesus dan Bunda Maria, kini bangunan itu diwakafkan
untuk menjadi museum demi kepentingan negara. Perjalanan ini Juga mengunjungi
keindahan Masjid Biru dan Istana Sultan Topkapi.
Hagia Sophia
Buku ini memperkaya saya akan keindahan Islam di
Eropa. Ketika perbedaan agama hidup dengan selaras, tapi akhirnya juga agama
yang dibawa- bawa demi memenuhi ego manusia untuk berkuasa. Buku ini buku
traveling yang juga mengingatkan saya untuk menjadi agen Islam yang baik, yang
menyebar damai, keteduhan dan keindahan di komunitas nonmuslim. Apalagi ketika
Islam menjadi agama minoritas. Buku ini membawa kita kembali ke abad-abad
bangkitnya Eropa setelah melewati Masa Kegelapan.
” Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling
maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian,
bukan dengan teror atau kekerasan.”
Hal.8
Buku yang penuh dengan percakapan-percakapan
tentang indahnya Islam, keteduhan dan kegigihan orang-orang yang too good to be
true but they are really true dalam mendakwahkan Islam yang rahmat bagi seluruh
Alam, bukan hanya rahmat bagi orang Islam saja.
:)
Memang benar ya. Islam itu indah kalau kita jadi kaum minoritas (bukan minoritas yg tersingkirkan dan terterror maksudnya):P
BalasHapussukses bikin aku penasaran nih mbk, soalnya aku masih jarang menjumpai traveling yang membahas dunia Islam
BalasHapus@Oki : Karna nila setitik rusak susu sebelanga kayaknya cocok jadi ungkapan buat muslim saat ini T_T
BalasHapus@Sinta : buku yang keren!! :)
membaca novel 99 cahaya di langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra menjadikan kita semakiin bangga dan ciintaa sama Islam yang Rahmatan lil alamiin…yuuk marii menjadi agen muslim yang baik agar islam memang sejatinya mampu berjaya dengan damai menebar rahmat untuk seluruh alam…..
BalasHapusOhya, btw ada info menariik lho terkait buku 99 cahaya di langit Eropa,,,ada lomba foto kreatif 99 cahaya di langit Eropa dan ada kesempatan jalan2 gratiis ke Eropa…info lengkapnya di http://www.hanumrais.com/