September 01, 2011

99 Cahaya di Langit Eropa


Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Tebal : 414 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-7274-1
Buku traveling yang tidak biasa. Itu kesan saya setelah membaca keseluruhan buku ini. Cara penyampaian penulis terhadap kota-kota istimewa di Eropa begitu memikat. Terlebih keluasan sejarah, rekam jejak yang cukup detail, dan bahasa yang sederhana membuat saya bersemangat untuk segera menuntaskan baca buku ini.
  
Penulis mengajak kita berjalan-jalan dulu di Wina, mengunjungi Restoran spesial, karena menjungkirbalikkan konsep ekonomi di dunia. Lalu berjalan-jalan ke Museum Kota Wina untuk bertemu Kara Mustafa Pasha, seorang pemimpin penaklukan Islam Ottoman yang gagal menaklukan kota Wina. Sebuah potret yang mengabadikan warisan pengetahuan, bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, penyebaran Islam pun perlu dilakukan secara baik-baik, dengan cinta dan kasih sayang, bukan dengan pedang dan meriam yang akhirnya berujung kekalahan. 
 
    Kara Mustafa Pasha

Perjalanan kedua dalam mencari jejak-jejak Islam di Eropa, adalah ke Paris. Pusat peradaban paling maju di dunia. Di Museum Louvre, kita diperkenalkan dengan Kaligrafi Arab Kuno, Pseudo Kufic di sebuah lukisan terkenal, The Virgin and The Child. Sebuah kalimat tauhid  bertahta di pinggir hijab Bunda Maria. Penasaran? Anda perlu membaca buku ini untuk mengorek keterangannya. :) Di Paris, ada pemandangan satu garis yang indah. Air mancur besar, Monumen Obelisk Mesir, Jalan Champs-Elysees dan Monumen Arc de Triomphe semua membentuk garis lurus sempurna. Yang kalau dipanjangkan jauh ke timur tenggara, berujung ke Mekkah. 

 
        The Virgin and The Child

Pada bagian ketiga perjalanan, kita menuju Cordoba dan Granada. Di sini ada Mezquita yang terkenal, bangunan Masjid yang berubah fungsi menjadi gereja. Bangunan seluas 24.000 m2 itu beraksen merah dan putih. Kaligrafi arab masih menghiasi atap, meski penuh ”luka” karena dicongkel dan dihapus jejaknya. Mihrab yang dijeruji menambah kedukaan yang timbul karena  menjadi refleksi kejayaan Islam sekaligus kejatuhannya.

 
                        Mezquita

Di Granada, ada Al-Hambra, sebuah benteng pertahanan yang menorehkan jejak penaklukan Kristen Spanyol yang terus menggusur wilayah Kesultanan Islam. Benteng yang akhirnya menjadi saksi bisu kekalahan Islam lainnya, dengan diserahkannya Granada dari Sultan terakhir ke tangan Isabella dan Ferdinand yang akhirnya membaptis seluruh warga Granada untuk memeluk agama Kristen. Tindakan yang sebenarnya ditentang oleh semua golongan, termasuk Kaum Kristen asli penduduk Granada.
 
                    Al Hambra
Bagian Empat buku ini adalah perjalanan ke Istanbul, Turki. Negara yang begitu bangga akan dualitas identitasnya. Satu kaki menjejak Eropa, dan Kaki satunya menjejak Asia. Di Istanbul, kita diajak mengunjungi Hagia Sophia, bangunan yang sempat menjadi Gereja, sempat menjadi masjid. Dengan keanggunan kaligrafi Islam raksasa, motif lukisan Yesus dan Bunda Maria, kini bangunan itu diwakafkan untuk menjadi museum demi kepentingan negara. Perjalanan ini Juga mengunjungi keindahan Masjid Biru dan Istana Sultan Topkapi.

 
                    Hagia Sophia

Buku ini memperkaya saya akan keindahan Islam di Eropa. Ketika perbedaan agama hidup dengan selaras, tapi akhirnya juga agama yang dibawa- bawa demi memenuhi ego manusia untuk berkuasa. Buku ini buku traveling yang juga mengingatkan saya untuk menjadi agen Islam yang baik, yang menyebar damai, keteduhan dan keindahan di komunitas nonmuslim. Apalagi ketika Islam menjadi agama minoritas. Buku ini membawa kita kembali ke abad-abad bangkitnya Eropa setelah melewati Masa Kegelapan.
  
” Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror atau kekerasan.”  Hal.8
 
Buku yang penuh dengan percakapan-percakapan tentang indahnya Islam, keteduhan dan kegigihan orang-orang yang too good to be true but they are really true dalam mendakwahkan Islam yang rahmat bagi seluruh Alam, bukan hanya rahmat bagi orang Islam saja.  :)
4 komentar on "99 Cahaya di Langit Eropa"
  1. Memang benar ya. Islam itu indah kalau kita jadi kaum minoritas (bukan minoritas yg tersingkirkan dan terterror maksudnya):P

    BalasHapus
  2. sukses bikin aku penasaran nih mbk, soalnya aku masih jarang menjumpai traveling yang membahas dunia Islam

    BalasHapus
  3. @Oki : Karna nila setitik rusak susu sebelanga kayaknya cocok jadi ungkapan buat muslim saat ini T_T

    @Sinta : buku yang keren!! :)

    BalasHapus
  4. membaca novel 99 cahaya di langit Eropa karya Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra menjadikan kita semakiin bangga dan ciintaa sama Islam yang Rahmatan lil alamiin…yuuk marii menjadi agen muslim yang baik agar islam memang sejatinya mampu berjaya dengan damai menebar rahmat untuk seluruh alam…..
    Ohya, btw ada info menariik lho terkait buku 99 cahaya di langit Eropa,,,ada lomba foto kreatif 99 cahaya di langit Eropa dan ada kesempatan jalan2 gratiis ke Eropa…info lengkapnya di http://www.hanumrais.com/

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,