Judul buku : The Hunger Games
Penulis : Suzanne Collins
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 408 halaman
Cetakan pertama : Oktober 2009
Sejujurnya, pada awalnya buku ini saya baca karena beberapa teman di Blogger Buku Indonesia berniat baca bareng Mockingjay (Seri ketiga Hunger Games) bulan Januari besok. Jadi, saya memutuskan membaca buku Hunger Games agar bulan depan bisa ikutan baca bareng tersebut.
Tentu saja sejak awal saya tahu bahwa buku ini istimewa, sebab banyak komentar positif dari review teman-teman dan rating buku ini di Goodreads juga besar. Buku ini juga mendapat predikat “ Publishers weekly’s best Books of The Year” pada tahun 2008 dan “New York Times Notable Children’s Book of 2008”.
Buku ini bercerita tentang kehidupan gadis berumur 16 tahun yang bernama Katniss Everdeen. Ia dan keluarganya tinggal di Distrik 12 dari sebuah Negara yang bernama Panem, letaknya berada di Appalachia (sebuah daerah di US). Ayah Katniss meninggal ketika ia berumur 11 tahun, sehingga ia harus menggantikan peran ayahnya dalam menjaga keluarganya yang tersisa, yaitu Ibu dan seorang adik bernama Primm. Kehidupan mereka sulit, terutama dalam hal makanan karena harga makanan sangat mahal dan adanya perbatasan agar orang-orang di masing-masing distrik tidak keluar dari wilayah mereka sendiri. Katniss bersama temannya, Gale, adalah pengecualian. Mereka tipe anak-anak yang “mari langgar peraturan” dengan sering berburu hewan liar atau mengambil tumbuhan untuk dimakan di luar teritori daerah mereka. Tentu saja hal ini pelanggaran, tetapi toh banyak orang yang mau membeli hasil buruan mereka.
Di Panem, kekuasaan berada di tangan orang-orang pemerintah yang berada di Capitol (letaknya di Pegunungan Rocky). Setiap tahun, setiap distrik mengirimkan sepasang remaja untuk mewakili distriknya masing-masing dalam memenangkan pertandingan yang disebut Hunger Games. Pemenangnya akan menentukan kemenangan distrik mereka masing-masing, dimana mereka akan dilimpahi makanan sepanjang tahun. Pengambilan kontestan dilakukan dengan diundi, siapapun yang terpilih harus mewakili distriknya bertanding dengan pilihan menang atau mati.
Saat pemilihan di Distrik 12 dilakukan, nama Primm terambil dari undian. Katniss saat itu langsung mengajukan diri menggantikan posisi Primm. Untungnya ada peraturan yang memeperbolehkan hal seperti itu dilakukan. Jadi Katniss mewakili Distrik 12 bersama pasangannya, Peeta Mellark.
Sebelum pertandingan dimulai, para peserta yang berjumlah 24 orang dari 12 Distrik dipersiapkan dulu di Capitol. Mereka masing-masing memiliki penata gaya dan masing-masing perwakilan Distrik memiliki mentor. Dari Distrik 12, Haymitch Abernathy yang menjadi mentor bagi Katniss dan Peeta, karena ia adalah satu-satunya pemenang yang masih hidup dari Distrik 12. Haymitch juga kelak bertanggung jawab mempromosikan Katniss dan Peeta agar mendapatkan sponsor yang kelak membantu memberikan “hadiah” bagi mereka saat pertandingan Hunger Games berlangsung.
Dari sini kisah seru itu dimulai, Katniss dan Peeta harus menghadapi lawan-lawan yang kuat, cekatan bahkan ada yang sudah terlatih untuk memenangkan pertandingan ini. Pembaca akan disuguhkan detail-detail yang memuaskan dan benar-benar membuat kita berimajinasi. Seperti apa pakaian yang dikenakan, kemutakhiran teknologi Capitol, sampai ke orang-orangnya yang unik. Hunger Games ke-74 ini kelak akan meninggalkan perubahan besar daripada pertandingan-pertandingan sebelumnya. Mempengaruhi Capitol, Katniss, Peeta, para peserta dan bahkan orang-orang yang ditinggalkan mereka.
Penulis juga dengan piawai menyuguhkan cerita remaja yang seru, adegan perkelahian, semangat kebersamaan, permusuhan, persaingan dan bahkan kisah asmara khas anak muda juga terbelit cantik dalam buku ini. Di buku ini bukan berisi kisah fantasi tentang sihir atau naga atau hewan mistis lainnya. Mungkin itu sebabnya mengapa buku ini mendapatkan perhatian lebih bagi remaja yang haus variasi novel-novel fantasi. Terlebih trailer filmnya membuat penasaran banyak orang.
5 bintang layak saya sematkan untuk buku ini.
Ow, satu kalimat Katniss yang saya rasa sangat manis :
“Aku tidak mau kehilangan anak lelaki yang memberiku roti”. Hal. 327