Judul Buku : Gadis Kretek
Penulis : Ratih Kumala
Editor : Mirna Yulistianti
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan Pertama : Maret 2012
Tebal : 276 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-8141-5
Namanya Pak Raja, ia adalah pimpinan Perusahaan Kretek Djagad
Raja yang sangat terkenal. Sayangnya, saat ini kesehatan beliau makin memburuk,
dan dalam kesekaratannya, ia malah memanggil-manggil nama seorang wnaita yang
jelas bukanlah istrinya. Jeng Yah, nama wanita yang dipanggil-panggil itu tak
urung membuat murka Sang Istri. Tapi tidak demikian dengan ketiga anak pewaris
kerajaan Kretek Djagad Raja. Lebas, Karim dan Tegar malah penasaran siapa
sebenarnya Jeng Yah sampai-sampai Ayah mereka yang sekarat berkali-kali
menyebut nama itu.
Maka disusunlah strategi, biar bagaimanapun juga bisa jadi
ini permintaan terakhir Sang Ayah yang harus diwujudkan, maka ketiga anak itu
akan mencari tahu siapa dan bagaimana cara menjemput Jeng Yah agar bisa bertemu
Pak Raja.
Mungkin kebetulan, mungkin memang takdir, Lebas, Si Bungsu,
mendapatkan info dari Sang Ayah bahwa Jeng Yah kemungkinan besar ada di Kudus. Berangkatlah
ia dari Jakarta
ke Kudus, dengan harapan bisa mencapai titik terang siapa itu Jeng Yah.
Tapi dasar Lebas, hidupnya yang cukup berantakan dan tak
terjadwal membuat ia malah tersangkut di rumah seorang temannya dengan tujuan
berunding tentang proyek film barunya. Beruntung Tegar, kakaknya, menyusul dan
memaksa Lebas meneruskan perjalanan mencari Jeng Yah.
Kudus adalah kampung halaman mereka, di sanalah Kretek Djagad
Raja dilahirkan dan masih dibesarkan sampai sekarang oleh Mbah kakung yang kini
sudah meninggal. Pencarian Jeng Yah ternyata belum berakhir di Kudus, karena
mereka mendapatkan cerita yang membantu memecahkan teka-teki siapa Jeng Yah itu
sebenarnya dan di mana sebenarnya ia berada.
Seiring perjalanan pewaris Djagad Raja mencari tahu siapa
Jeng Yah, pembaca juga di ajak menempuh puluhan waktu ke belakang untuk bertemu
dengan Idroes Moeria dan Soedjagad.
Kedua pria ini saling bersaing satu sama lain, awalnya hanya dalam
percintaan. Ya, mereka mencintai gadis yang sama, Roemaisa, putri Juru Tulis
yang telah memikat hati mereka. Tapi kemenangan saat itu berada di tangan
Idroes, karena kemudian mereka menikah. Kehidupan mereka berangsur makin
sukses, terutama karena Idroes juga mulai melinting kreteknya untuk dijual
sendiri.
Peribahasa bilang, hidup bagaikan roda, kadang di atas
sesekali ia juga terpuruk jatuh.
Begitupula dengan Idroes, ketika itu ia ditangkap dan dibuang
ke Surabaya,
oleh pemerintah Kolonial Jepang. Roemaisa yang ditinggal, kalang kabut
memikirkan nasib suaminya. Soedjagad yang merasa kasihan dengan Roem,
pelan-pelan mendekatinya. Ia juga mulai melebarkan usaha kreteknya meski Roem
juga masih mempertahankan usaha kretek yang dulu dijalankan suaminya. Akankah
Idroes kembali pulang? Lalu apa hubungan antara kedua cerita ini? Siapakah Jeng
Yah sebenarnya? Apakah dia Sang Gadis Kretek dalam judul novel ini?
Sebenarnya hanya butuh dua hari menghabiskan cerita dalam
buku ini meski di awal cerita saya penasaran setengah pingsan karena Si Gadis
Kretek nggak muncul-muncul. Sudah gitu typonya yang bikin alis saya
berkerut-kerut waktu membaca, bukan hanya kesalahan cetak, tapi kekeliruan nama
pun seringkali terjadi di beberapa bagian buku. Ow, menurut saya ini cukup
fatal, terlebih tak hanya sekali terjadi. Bagaimana bisa? Duh, mungkin kalo di
cetakan kedua butuh proofreader, saya mau deh direkrut.
Lalu jalan ceritanya. Sebenarnya tak masalah bila memang
adegan yang ditampilkan maju mundur secara bergantian, tetapi saya tadinya
berharap twist yang dihadirkan lebih smooth, nggak kasar mak jeblag jeblug
ganti topic. Duh, mana flashbacknya itu nggak Cuma puluhan tahun ke belakang,
tapi kadang Cuma beberapa tahun ke belakang doank. Contohnya tentang masa lalu
ketiga pewaris Djagad Raja.
Lalu mengapa saya
beri bintang tiga? Apa yang menajdi keunggulan cerita ini?
Bagi saya, cerita tentang sejarah sebuah pabrik kretek tentu bukanlah hal yang mudah untuk dikisahkan. Saya yakin penulis telah melakukan riset yang cukup mendetail untuk mengetahui sejarah rokok pada saat awal kemerdekaan Indonesia dulu. Selain itu buku ini bisa saya bilang sarat dengan konflik, mungkin memang ada kisah cinta, tapi tetap saja kemudian memicu terjadinya konflik, Baik konflik utama dalam kisah gadis kretek ini maupun konflik sampingan yang dibawa oleh ketiga pewaris Djagad Raja. Toh memang terkesan berat, tapi ternyata saya lancar jaya membaca buku ini.
Dan aroma
kreteknya, benar-benar menguar dari setiap halaman buku ini. Menghadirkan
suasana yang berbeda waktu tapi dengan gurih disatukan oleh nikmatnya Kretek.
Posting Gadis Kretek ini dalam rangka Posting Bareng Buku Gramedia bersama teman-teman Blogger Buku Indonesia (BBI) :)
Posting Gadis Kretek ini dalam rangka Posting Bareng Buku Gramedia bersama teman-teman Blogger Buku Indonesia (BBI) :)