Maret 10, 2014

Tentang anak perempuan dan sebuah buku yang menyuruhnya menyalahkan bintang-bintang



Alkisah ada seorang anak perempuan yang telah tumbuh dewasa bertanya kepada pamannya, ceritakan padaku tentang mama, wahai paman. Lalu pamannya bercerita tentang betapa sabarnya mama sang anak perempuan itu, bahwa mamanya jago masak, pandai bergaul, memiliki banyak teman, dan seorang petarung sejati. Si anak perempuan (yang sudah besar) bertanya kembali, bagaimana mama meninggal? 

pertanyaan ini diajukan karena si anak hanya ingat samar samar kejadian kejadian saling silang yang ada di memorinya. Lalu berkisahlah si paman, "Mamamu dulu sebenernya telah dianggap bersih dari kanker. Sampai kemudian kamu meminta seorang adik dan kekeras kekepalaanmu serta mamamu akhirnya berujung pada karunia Tuhan, seorang (calon) anak lagi. Lalu vonis dihadapkan pada Mamamu, pilih anak dalam rahimnya atau dia yang diselamatkan. Sebab kehamilan membuat entah bagaimana kanker sialan itu muncul kembali. Dan begitulah, karena mamamu adalah seorang yang keras kepala maka ia memilih anak dalam kandungannya. (si anak perempuan yang telah dewasa merengut dan berpikir, itu bukan karena mama keras kepala, itu karena mama adalah mama. Ibu waras mana yang mau menghilangkan nyawa anak di kandungannya?)


Demikianlah cerita itu berakhir dari cerita si paman, tanpa kesimpulan tanpa peringatan. Lalu si anak perempuan (yang telah dewasa) diam dan berpikir mungkin sepersekian detik..kalau saja aku tidak meminta adik lagi, kalau saja adik tidak ada. Kalau saja dan kalau saja berikutnya. Namun logika kembali menguasai si anak perempuan (yg telah dewasa), ada atau tidaknya adik, takdir telah tertulis. Bintang bintang telah terukir.

Sejak dulu kata "kanker" telah akrab di telinga si anak perempuan. Pandangan iba dan dikasihani juga sering ditemukan dari tatapan tatapan orang di sekitarnya, dan dia benci sekali dikasihani. Pun jika sebenernya orang orang itu tidak bermaksud membuatnya benci. Dan dia ingat ada lagi yang ia benci, bunyi sirine ambulance dan bau disinfektan yang menyengat. Membuatnya terkenang kembali akan peristiwa masa lalu yang kadang meledak ledak dalam benaknya. Tabung oksigen, selang selang, bau disinfektan, berkendara siang ataupun malam bersama ayah tercinta, perasaan kehilangan, air mata dan pengharapan. Yang tak mudah dilupakan pula adalah tawa- tawa bahagia (yang anak perempuan yakini bahwa itulah yang seharusnya dikenang). Perjalanan minggu pagi ke Monas, belanja ke Senen terus mampir ke Texas, ke Gunung Agung atau ke Golden buat cuci mata. Ah ya, dan saat saat di mana mereka menikmati bacaan bersama sama, si anak menelan cerita cerita tentang pahlawan wanita dan kucingnya, dan ibunya membaca cerita dari rubrik Oh Mama Oh Papa (yang kelak si anak ketahui ceritanya luar biasa penuh drama).

Semua ini lama terendap dalam kenangan si anak perempuan, sampai suatu hari ia menemukan buku dengan kisah anak-anak yang menghadapi kanker. Perjuangan dan cinta yang mereka miliki. Bangkit rubuh dan bangkit lagi untuk melawan sel-sel yang egois dan menuntut menang. Namun garis-garis kehidupan telah dituliskan, dan mungkin Hazel bersama Gus hanyalah sedikit pucuk gunung es yang terdiri dari kisah kisah menyedihkan dan menyesakkan mereka yang membacanya.

“Kepedihan menuntut untuk dirasakan”-89

Si anak perempuan merasa tak perlu menceritakan isi buku itu karena ia tahu ada banyak sinopsis yang menceritakan Hazel Grace yang bertemu Augustus Waters dan bagaimana keduanya jatuh cinta. Lalu menemukan jalan untuk pergi ke Amsterdam dan bertemu penulis yang telah menuliskan sebuah cerita favorit mereka.
Jadi kali ini si anak perempuan akan menambahkan cerita bagaimana rasanya berada dekat dengan 'sebuah granat' yang siap meledak sewaktu-waktu.


“Aku seperti granat, Mom. Aku granat dan suatu ketika aku akan meledak, sehingga aku ingin meminimalkan jumlah korban, oke?”-136

Yah, kalau kau ada di dekat granat yang siap meledak sewaktu waktu, maka yang ada di pikiranmu adalah bagaimana membuat kenangan indah sebelum granat itu meledak...dan menghancurkanmu. Demikian pula yang si anak perempuan rasa ada di pikiran keluarga Gus dan Hazel, berserta Peri Peri mereka yang baik hati, dan dokter dokter yang meresepkan berbagai macam obat untuk menghentikan pertumbuhan sel kanker (yang diam diam menyala seperti lampu natal saat dipindai dengan PET).

“Aku menyala seperti pohon natal. Lapisan dadaku, pinggul kiriku, hatiku..”-287

Sedangkan Hazel bersama Gus membantu si anak perempuan membayangkan seperti apa yang ada di pikiran penderita kanker (meskipun ia tahu bahwa cerita ini fiksi), perasaan marah, terluka, kehilangan, keinginan untuk tidak dikasihani dan meskipun kanker, tetap saja sifat keras kepala bersarang dengan kuat di benak manusia. Yang pasti, ia tahu bahwa di antara rasa sakit dan kecewa, masih ada cinta yang bisa tumbuh dengan suburnya. Pun ketika tahu bahwa rasa cinta itu tak akan abadi (persetan dengan segala romantisme cinta abadi dan kematian yang menanti), Gus dan Hazel menunjukkan betapa bahagianya mereka yang jatuh cinta.
Mungkin si anak perempuan memang terlibat secara emosi dengan kisah di buku ini, tapi yah, kalau kalau anda masih punya buku ini di timbunan, ada baiknya segera dibaca. Siapa tahu itu bisa mengubah cara pandang anda terhadap dunia, cinta dan oh.. tentu saja, para penderita kanker.

PS. Buku ini dibaca oleh si anak perempuan dengan seorang temannya si Book : admirer

Judul Buku : The Fault in Our Stars (Salahkan Bintang-Bintang)
Penulis : John Green
Penerjemah  : Ingrid Dwijani N
Penerbit : Qanita
Tebal : 424 halaman
ISBN : 978-602-9225-58-7


6 komentar on "Tentang anak perempuan dan sebuah buku yang menyuruhnya menyalahkan bintang-bintang"
  1. duuuhhh, Vin, mbrambangi aku baca reviewmu.... #speechless.... #pukpukVina

    BalasHapus
  2. Aku belum baca bukunya, malah udah pengen nangis baca reviewmu mbak :(

    BalasHapus
  3. aduh..emm...emm.. 8ikut iris brambang sama mba lila dan hani

    BalasHapus
  4. Aku jadi pengen nangis bacanya...

    Buku ini memang bagus. Emosinya kuat banget.

    BalasHapus
  5. errrmmaighed, aku lupa eksistensi buku yang dihadiahi Santa natal tahun lalu. Lupa lupa saya taruh dimana ya >_<

    BalasHapus
  6. sama dong kita vin >.<
    *tosss*

    #ujugujug :D

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,