Maret 16, 2015

Sine Qua Non – Dancing With The Holy Spirit




Judul Buku :  Sine Qua Non – Dancing With The Holy Spirit
Penulis : Marga T
Tebal : 256 halaman, paperback
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-602-03-1150-0
Cetakan Pertama : 2014


Tujuh tahun bukanlah waktu yang cukup untuk melupakan seseorang bila kita sungguh-sungguh mencintai dia – Kamar 27

Angkatan 70-90an yang suka membaca buku pasti pernah mendengar nama Marga T. Nah, karena saya sudah lama mendengar sepak terjang beliau di dunia literature Indonesia, plus karena saya dibesarkan dengan film-film yang berasal dari karyanya dan kawan seangkatannya (Mira W), maka ketika tahu dia menerbitkan kumcer 50 tahun berkarya, saya jadi tergoda untuk memilikinya. Apalagi covernya yang unik, duh, tak tahan (saya memang pembaca yang sering melihat buku pertama kali dari covernya. Padahal kumpulan cerpen, buku yang sebenarnya saya hindari untuk saya baca karena terus terang saja akan susah menikmati ceritanya, apalagi meresensinya. 

Ada 17 cerita pendek dalam buku ini, ditambah 8 cerita dalam versi bahasa Inggrisnya. Kesemuanya pernah diterbitkan, beberapa di majalah dan di Koran, beberapa lainnya merupakan karya yang diikutkan dalam Asia Week competition. Yang membuat buku ini unik adalah gaya bahasa dan dialog yang digunakan penulis idak diubah agar pembaca dapat membandingkannya dengan novel-novel versi sekarang. 

Cerita favorit saya ada di urutan kedua yang berjudul Secercah SInar Pagi, kisah nonfiksi yang menceritakan saat Marga masih menjalani kepaniteraan (semacam co as, sepertinya) di rumah sakit. Dia bertemu dengan seorang pasien yang bernama Subandi, pemuda ini sangat keras kepala dan dia masuk ke rumah sakit karena penyakit diabetes. Setelah beberapa lama, ia keluar dan Marga hampir tak pernah mendengar kabar lagi tentangnya sampai suatu hari Subandi ini bertemu kembali dengan Marga. Mungkin yang membuat Marga terkesan adalah karena Subandi menyebutkan judul karya Marga yang saat itu sedang booming yaitu Karmila. Terus apa hubungannya Karmila dengan Subandi? Nah, baca sendiri yaa :p 


Cerpen favorit saya berikutnya adalah Gaun Sutra Ungu, tentang seorang penjahit yang menemukan kebenaran pahit dari kisah calon pelanggannya. Berlatarkan sebuah rumah di sudut kota Hongkong, cerita hantu ini sama seramnya seperti cerita Marga T yang berjudul Di mana Waktu Membeku. Latarnya sama-sama di luar negeri, bedanya, di cerpen ini kisah yang diceritakan adalah tentang seorang perawat dengan seorang lelaki yang jatuh cinta padanya. Yah, siapa sangka ternyata Marga T pintar membuat kisah misteri juga, meskipun tidak terlalu seram sih, tetapi tetap saja membuat bulu kuduk saya merinding.

Secara keseluruhan saya cukup menikmati buku ini, meski tidak smeua jalan cerita cerpennya bisa saya pahami. Beberapa terlalu singkat, sampai perlu dibaca dua kali untuk memahami akhir ceritanya. Sebagian besar ceritanya tentang cinta, sih, sepertinya memang tema yang satu ini abadi sepanjang masa ya. Tidak akan ada bosannya diceritakan dalam berbagai versi, meski secara garis besar sih, sama saja. 

Tiga bintang untuk buku ini. Hei, buku ini bisa jadi kado yang indah buat Orang tuamu, mungkin, kalau mereka dari dulu suka membaca :)

Diikutkan dalam
2 komentar on "Sine Qua Non – Dancing With The Holy Spirit"
  1. Wah wajib punya nih ^^ Saya pembaca Marga T dari SD. Pinjem punya tante :p

    BalasHapus
  2. Jadi pengen punya. Sebagai pens marga t garis keras, aku harusss punyah!
    Beliin dong, pin #lah

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,