Oktober 11, 2015

Warna Tanah, Warna Air, Warna Langit (Boxset Trilogi Warna)


Judul Buku : Warna Tanah, Warna Air, Warna Langit (Boxset Trilogi Warna)
Penulis : Kim Dong Hwa
Alih Bahasa : Rosi L Simamora
Penerbit  : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-6692-4

Kamelia adalah satu-satunya bunga yang mekar di tengah salju.
Mereka nyaris kelihatan seolah-olah begitu tak sabar menantikan sesorang.

Sebelumnya saya belum pernah membaca novel grafis yang cerita dan pesan kehidupannya sedalam buku ini. Saya hanya tahu bahwa banyak yang bilang kalau novel grafis ini bagus dan layak banget buat dikoleksi, maka ketika seorang teman di BBI menawarkan buku ini di obralan Gramdia, tentu saja saya langsung nitip buat dibelikan.

Ternyata semua ekspektasi saya terlampaui ketika membaca trilogi ini.

Saya akan bahas sedikit sinopsis dari buku pertama sampai buku ketiga, ya.

Trilogi ini bercerita tentang kehidupan Ehwa dan Ibunya di sebuah desa kecil bernama Namwon. Sang Ayah sudah lama meninggal dunia, sehingga Ehwa dan ibunya saling menopang satu sama lain. Hal inilah yang membuat perasaan dan rasa saling memiliki mereka amat dekat. Sehari-hari, Ibu Ehwa bekerja di kedai minum yang ia miliki di depan rumahnya, sesekali pekerjaannya juga dibantu oleh Ehwa.


Di buku pertama, Ehwa yang masih kecil mulai memiliki rasa ingin tahu tentang cinta, tentang perbedaan antara wanita dan laki-laki, serta tentang hubungan keduanya. Di buku pertama, Ehwa secara tidak sengaja berkenalan dengan seorang biksu kecil yang membuatnya merasakan debar-debar berbeda di dalam hatinya. Ehwa juga berkenalan dengan Sunoo, seorang pemuda yang sedang dibicarakan di seluruh desa. Kedua lelaki ini membuatnya tersipu-sipu malu saat bertemu dan mulai memahami seperti apa rasanya jatuh cinta. Ehwa juga beranjak dari anak perempuan kecil menjadi seorang remaja yang pemalu.

Di buku kedua, Ehwa yang cantik bertambah dewasa. Di buku ini juga ia mulai merasakan cinta yang sesungguhnya, bukan cinta monyet seperti cerita sebelumnya. Ia bahkan mulai berani menyimpan rahasia dari ibunya. Sementara itu, di desa sedang beredar kabar tentang rencana pernikahan Chunaja. Ehwa dan sahabatnya, Bongsoon, membayangkan seperti apa rasanya menjadi pengantin dan memasuki dunia baru bernama pernikahan. Bukankah menikah adalah hal yang selalu diimpikan setiap wanita? Di buku ini cerita juga menjadi kompleks dan trilogi warna mencapai klimaksnya. Ada konflik yang terjadi dan membuat Ehwa mewarisi hal yang selama ini dimiliki oleh Ibunya, penantian.

Di buku ketiga, cerita mencapai penyelesaiannya. Ehwa dilamar dan pernikahan dilangsungkan. Di buku ini saya sangat tersentuh di bagian pernikahan, sebab mungkin saya belajar dari Ibu Ehwa, bahwa sebagai orang tua, kita juga akan memiliki saat di mana kita harus merelakan anak perempuan kita keluar rumah dan meninggalkan kita. ((Huhuhu, malah mewek ))

Hanya setelah melepaskan anak mereka, orangtua akan sungguh-sungguh menjadi seorang dewasa.

Ketiga buku ini benar-benar saat bermanfat, terutama bagi anak perempuan yang beranjak remaja lalu mencapai dewasa. Melalui percakapan-percakapan antara Ehwa dan Ibunya, kita juga belajar makna kehidupan dari sudut pandang seorang wanita. Terlebih lagi dengan bahasa-bahasa indah yang digunakan dalam cerita serta permisalan segala hal kehidupan manusia dengan apa yang ada di alam sekitar, membuat saya membuka mata lebih lebar sambil memikirkan hal-hal tersebut. Ilmu baru yang sebelumnya amat sering saya abaikan. Di buku ini Ibu Ehwa juga mengajari Ehwa tentang penantian, pernikahan serta tentang kehidupan seorang wanita itu sendiri. Ibu Ehwa merupakan seorang wanita yang lembut hatinya, ia juga sangat sabar dan menyayangi anak perempuan satu-satunya yang ia miliki. Di lain pihak, Ibu Ehwa juga bisa menjadi sosok kuat dan penuh kerja keras terutama ketika banyak gosip beredar tentang status janda dan kesendiriannya. Ehwa sendiri memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap banyak hal. Melalui Bongsoon, sahabatnya, Ehwa juga belajar banyak hal yang sebelumnya tidak ia ketahui dan tidak berani ia tanyakan kepada ibunya.

 Tapi sekali lagi, apa yang lebih memukau dibandingkan tangan seseorang?

Ah, ketiga buku ini benar-benar menjadi buku favorit saya di tahun 2015 ini. Melalui goresan-goresan ilustrasi yang apik, Kim Dong Hwa membuat saya terlarut dalam keindahan ceritanya. Saya jadi bertanya-tanya, ada nggak ya buku yang menceritakan kisah serupa tapi dari sudut pandang laki-laki? XD



1 komentar on "Warna Tanah, Warna Air, Warna Langit (Boxset Trilogi Warna)"

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,