Mei 30, 2016

Ngopi- Akses Buku di Luar Jawa





Sebenernya waktu tema posbar ini diumumkan, saya ngga punya ide mau ngapain. Sempet kepikiran untuk bikin postingan tentang buku dan anak, tapi kok udah mainstream. Mau bikin postingan tentang ebook, saya ngga sempet nyelesein risetnya, maklum, sedikit banget data tentang pengaruh ebook di Indonesia. Terus sempet ada euforia Big Bad Wolf yang rame di media sosial saya, mulai dari temen sampai artis seperti Andhien ikutan rame pamer belanjaan BBW. Iya ga apa kok pamer. Manusiawi. *pake jubah*

Nah, berawal dari ngobrol dengan beberapa teman, ternyata banyak juga yang sedih karena ngga bisa dateng ke BBW (iya, saya sedih loh ngga bisa ke sana. Disuruh ikut bahagia tapi ga bisa dateng itu rasanya lebih sakit daripada kesundut gagang knalpot. Belum pernah kesundut? Ya pokoknya sakit gitu lah. Perih). Nah, saya aja yang di Solo seneng sekaligus sedih, gimana ya perasaan temen temen di luar pulau Jawa dengan akses buku yang terbatas?


Karena itulah, saya jadi penasaran, sebenernya seberapa susah sih akses teman teman di luar Jawa terhadap buku?

Terus ya meluncurlah ide itu, saya mewawancarai enam belas orang anak BBI via email ataupun Whatsapp dan mengajukan sembilan pertanyaan. Sengaja saya pilih anggota BBI karena menurut saya, pengetahuan mereka akan akses buku baik toko offline maupun online lebih bervariasi daripada teman teman saya yang suka baca tapi bukan anggota BBI.

Saya memilih random sih karena anggota BBI banyak banget ternyata yang tinggal di luar Jawa. Per Januari 2016, ada 52 anggota yang domisilinya di luar Jawa dari total 286 anggota BBI. Bahkan per Mei ini sepertinya member BBI udah 300an! (Tapi kok aku jarang kenalan ama member baru ya?)


Nah. Akhir akhir ini kan santer bener tuh, penelitian UNESCO yang menyebutkan bahwa orang Indonesia yang suka membaca hanya 1/1000 orang. Padahal kata pemerintah, tingkat buta huruf di Indonesia termasuk kecil, tidak lebih dari 10% dari jumlah penduduk Indonesia. Terus kenapa mereka ngga gemar membaca, ya? Mungkin karena akses untuk buku sulit?

Simak yaa wawancara saya yang panjaang ini. Beberapa chat saya rangkum karena takut makin panjang. Tapi jangan khawatir, akan ada artikel ngobrol berikutnya. Ngahahhaah

Kalau di Pulau Jawa, mayoritas kota kota besar pasti ada banyak pilihan toko buku. Entah dua atau tiga atau puluhan kayak di Jakarta. Baik yang toko besar seperti Gramedia, Togamas, Periplus atau toko buku bekas di lokasi lokasi tertentu seperti di dekat taman pintar di Yogyakarta.
Tapi pada penasaran ngga sih, kalau di luar Jawa, apa ada banyak toko buku juga seperti di Jawa?
Ternyata dari hasil Tanya-tanya saya, mayoritas tempat tinggal mereka memiliki 2-6 toko buku, meski di Medan malah ada 20 toko buku!

Dari jumlah yang sedikit itu, ngga jarang cuma ada toko kecil konvensional seperti Kharisma, dan ada banyak juga yang tempat tinggalnya belum terjamah toko buku impor, Banjarmasin misalnya.

Matris (Sorong)
Di kota setahu saya ada 2 toko buku (sekarang ini). Ada yang namanya toko LI tempat saya dulu pernah langganan beli tp mehongg bangett. Lagipula stok bukunya buku2 lama... perlu 6 - 12 bulanan menurut saya sampai buku baru terbit tiba di situ. Terus tdk lama kemudian buka sebuah TB Khar**ma, tp ya gitu deh isinya tak begitu sesuai dengan harapan saya.
Lalu ada lagi TB To*o.. nah ini isinya lumayan, sayang jenis bukunya kurang banyak juga. Dan juga tak begitu update isinya. Sayang sekali TB ini tak bertahan lama. Terakhir mau ke sana malahan sdh tutup.

Ira  (Amuntai)
Oke pertama-tama, sy tinggal di kota Amuntai. Kira-kira jaraknya kurang dikit lah dari 200 km (Kalau pakai mobil, jaraknya kurang lebih 5 jam) dari ibu kota Kalimantan Selatan, Banjarmasin.
Ada berapa toko buku di kota saya? Emm, seingat saya ada 3 yang menamakan dirinya sebagai toko buku. Sisanya gabung sama usaha lain semisal toko aksesoris, toko perlengkapan haji, mini market, dsb. 
Tapi jangan dibayangkan yang 3 itu adalah toko buku sekelas Gramedia atau bahkan Kharisma. Kedua toko buku itu jauh lebih kecil. Yang dijual kebanyakan buku pelajaran sama buku-buku agama ketimbang novel, komik, dsb.

Dhani (Jeneponto- 2 Jam perjalanan dari Makasar)
Cuma satu deh mbak toko bukunya, itupun belum bisa dikatakan toko buku karena itu cuma tempat fotocopyan dan waktu itu saya cuma melihat buku-buku Fredy S, hahaha.



Sekarang tentang rata-rata perbedaan harga buku dengan di Jawa.
Kalau kita membeli majalah atau koran, pasti minimal ada dua harga tertera di sana. Biasanya yang satu harga untuk wilayah Jawa-Bali dan sisanya untuk di luar pulau tersebut. Pastinya buku juga memiliki harga yang sama donk ya.
Rata-rata di kota mereka, harga buku 5.000 – 20.000 lebih mahal daripada di Pulau Jawa. Tapi jangan kaget, di Gorontalo malah sampai 35.000 lebih mahal :o  Beginilah pendapat teman-teman tentang perbedaan harga buku di kota mereka dengan harga buku di Pulau Jawa.

Maya (Banjarmasin)
Perbedaan harga buku disini dengan di Jawa rata-rata sebesar 5.000-20.000. Makanya aku lebih suka belanja online, karena beda harganya misalnya aja nih, di tobuk online 40.000, masih diskon 10%, sedangkan disini bisa 55.000 harga bukunya. Kalau aku beli 4 buku melalui tobuk online masih lebih murah di tobuk online dibanding toko buku offline, itupun sudah ditambah ongkir yang rata-rata 30.000/Kg

Steven (Ambon)
Kurang lebih di mark up 20.000-30.000 dari harga resmi.

Yovano (Gorontalo)
Harga di Gorontalo lebih mahal mulai dari 13.000 sampai 35.500 *kemudian nangis di depan kasir*

Amaya (Kendari)
B Saya ambil standar gramedia aja ya, Mbak. Harganya beda jauh, Mbak. Rumus itung-itungannya gini: harga buku asli (harga dasar dari distributor) + (harga ongkos kirim--standar JNE OKE :3). Misalnya, harga buku AADC (saya gak tau harga aslinya berapa, ini misalkan saja) Rp.55000 (ceritanya ini harga non-diskon kayak yang didisplay di bukabuku.com). Harga gramedia kendari-nya akan jadi: 55000 + (42000 : 3) = Rp. 69.000.




Masih penasaran dengan obrolan saya?
Nih, artikel lainnya.



Gimana caranya Biar dapat buku murah di luar Jawa?





Btw, post ini saya ikutan posbar BBI bulan Mei dengan tema Buku..
3 komentar on "Ngopi- Akses Buku di Luar Jawa"
  1. Weeh Vina langsung meluncurkan 3 tulisan. keren deh. Iya kasihan juga kalau tahu teman-teman di luar Jawa yng bukunya lebih mahal plus masih susah pula ke toko bukunya. Kita yng di Jawa harusnya bersyukur, syukur mau bantu mereka dengan mau dititipin. Trus, mumpung buku masih mudah dan lumayan murah, ayo borong dan timbun terus karena beli buku itu tidak pernah rugi *prinsip

    BalasHapus
  2. duh, tiba-tiba bersyukur jadi orang jawa. kalaupun di tobuk offline nggak banyak buku bagus yang dipajang, seenggaknya kalo mau beli online, ongkirnya gak mahal :D

    BalasHapus
  3. woww seru viiin ngobrol2nya.. iya aku rasa salah satu masalah utama adalah ketersediaan toko buku dan perpustakaan yang layak ya di Indonesia terutama luar Jawa. Aku bandingin sama Amerika misalnya, kota sekecil apapun biasanya ada aja at least 1 atau 2 toko buku independen, plus perpustakaan publik yang memang sudah ada standarnya, jadi bisa dibilang lengkap. Semogaaaa suatu hari nanti Indonesia bisa seperti itu...

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,