Juni 02, 2016

Lelaki Harimau





Judul Buku : Lelaki Harimau
Penulis : Eka Kurniawan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan keempat : Februari 2016
Tebal : 198 halaman, paperback
ISBN : 978-602-03-2465-4

Margio membunuh Anwar Sadat. Berita ini membuat geger seisi kampung, bukan hanya karena Margio dikenal sebagai sosok pemuda yang tak pernah berkelahi tetapi juga karena Anwar Sadat dibunuh dengan cara digigit urat lehernya sampai putus. Brutal sekali bukan? Oleh sebab itu, orang jadi bertanya-tanya mengapa dan perihal apa yang menyebabkan Margio sedemikian murka.

“Bukan aku,” kata Margio tenang dan tanpa dosa. “Ada harimau di dalam tubuhku.”

Maka dari sinilah cerita kilas balik dimulai, tentang Margio, keluarganya serta apa hubungan mereka dengan Anwar Sadat. 


Margio tinggal bersama bapaknya, ibu dan satu adik perempuan bernama Mameh. Kehidupan mereka tak bahagia, sebenarnya. Bapak yang tidak perhatian, ibu yang kurang waras, serta rumah yang tampilannya menyedihkan membuat keluarga mereka tak akrab satu sama lain. Bahkan bisa dibilang, Margio justru benci setengah mati terhadap bapaknya. 

Sedangkan Anwar Sadat, lelaki yang terkenal sebagai seorang seniman dengan hobi main perempuan, cukup disegani di kampung mereka. Terlebih karena anak bungsu Anwar Sadat yang bernama Maharani terlihat pergi berdua dengan Margio pada malam sebelum tragedi itu terjadi.

Apa yang sebenarnya terjadi antara Margio dengan Anwar Sadat? 

Sejujurnya sih, saya membaca Lelaki Harimau lebih dikarenakan rasa penasaran karena sempat dinominasikan dalam penghargaan bergengsi Internasional, 2016 Man Booker Prize. Buku ini adalah buku kedua Eka yang saya baca dan menurut saya pribadi, saya lebih paham cerita dalam buku ini ketimbang Cantik Itu Luka. Bisa jadi karena lebih tipis dan kurun waktu ceritanya tak lama.

Tokoh-tokoh pada Lelaki Harimau diceritakan dengan apik dan memiliki kepribadian yang unik, serta perubahan karakternya dikisahkan dengan panjang tapi tak membosankan. Harus saya akui, Eka pandai menjalin kalimat dalam paragraf-paragraf panjangnya, sampai saya berpikir pasti susah menerjemahkan Lelaki Harimau ini ke dalam bahasa asing. Sebab saya merasa ada “nyawa” sosial, mistis serta keterkaitannya dengan kebudayaan orang-orang tradisional di Indonesia. Seperti perihal macan putih yang ada di dalam diri Margio, misalnya. Juga tentang pemakaman bapaknya Margio yang meninggal (yang sejujurnya mengingatkan saya dengan majalah Hidayah jaman saya masih sekolah dulu). Ini seperti menggabungkan unsur humanis sekaligus surealis secara bersamaan.

Alur ceritanya juga gamblang namun tak terlalu keluar jalur. Saya memahami mengapa kisah masa muda Nuraeni perlu diceritakan padahal saat ini Nuraeni sudahlah tua dan menjadi janda. Sebab seperti layaknya hidup manusia hari demi hari, ada kalanya sebuah kejadian di masa lalu berpengaruh dengan kejadian yang sedang berlangsung di masa kini. 

Saya rasa setelah ini mungkin saya akan mencoba membaca buku Eka lainnya. Tak ada salahnya mencoba lagi, kan. Siapa tahu saya juga akan menyukai buku berikutnya :)




Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,