Desember 10, 2017

Pertemuan tak Terduga dengan Penulis Impian Demian





Dua buah lagu telah selesai dinyanyikan Is di panggung. Para pengunjung mulai dibuai dengan lagu ketiga, Untuk Perempuan yang Sedang dalam Pelukan. Meski lagunya bagus, aku terpaksa mundur dari dekat panggung untuk mencari tempat duduk yang cukup nyaman. Kaki mulai kecapekan berdiri sejak tadi.  Konser terakhir Payung Teduh senja hari di taman Balekambang ini benar benar padat dengan para peneduh. Mungkin mereka tak rela grup kesayangan mereka bubar begitu saja di masa kejayaannya. 

Meski remang-remang, aku masih bisa melihat sosok yang kukenal sedang duduk berselonjor di pinggir jalan setapak.


"Hai, Mbak Nimas bukan ya?", aku menyapanya.
"Iya, oh, ini Alvina ya? Yang tadi pagi sempat chat saya di whatsapp?"
"Iya betul, Mbak. Yang ngajak ketemuan di konser. Eh beneran ketemuan, macam jodoh aja kita ya. Duh, aku boleh numpang duduk di sini ya, Mbak? Capek habis berdiri dari tadi". 
"Boleh, donk. Sini duduk duduk sambil dengerin suaranya Is."

"Eh Mbak, aku kemarin selesai baca ceritanya Demian. Ini cowok emang nyebelin tapi ngangenin ya. Demian itu tipe cowok idaman mbak Nimas ngga sih?"  
Aku duduk di sebelah Mbak Nimas, ikut menyelonjorkan kaki.
"Demian bukan tipe idaman saya tapi saya banyak berurusan sama cowok tipe Demian ini. Hehe.."

"Atau mungkin mbak Nimas pernah kenal playboy sekaliber Demian gitu? ", aku mengeluarkan botol minum dari tas dan meneguknya sampai tandas.
"Kalo playboy kaliber, masih lebih kaliberan Arya ya, dalam novel berikutnya nanti Aryabuaya. Dan saya terlibat banget kalo sama Arya. Demian tipe cowok yang nggak bikin nyaman. Kamu haus banget ya? Masih mau minum? Nih saya bawa kok.", Mbak Nimas menyodorkan botol minumnya padaku. 

"Ngga usah, Mbak. Udah ngga haus lagi kok. Eh berarti bakal ada novel baru nih! Asyik. Tapi jeda Impian Demian dari novel pertama kan lama banget nih Mbak. Janji Es Krim terbit di 2012, Impian Demian di 2017."
"Jedanya panjaang karena harus mengurus dua baby ya, dan banyak kejadian dalam hidup saya", Mbak Nimas tampak mengenang sesuatu. 






"Apa yang membuat Mbak Nimas bersemangat menulis novel lagi dalam jeda selama itu?"
"Yang bikin semangat nulis? Jadi gini. Kalo kita punya impian, nggak cukup hanya kita yang menjaga impian itu. Tapi akan ada seseorang lain yang pasti ikut menjaganya. Dia memupuk dan mendorong saya untuk nggak berhenti menulis. Tahun 2015 saya mengalami masa masa terburuk dalam hidup saya, adalah suatu cobaan besar. Terus saat itu seseorang yang sudah saya kenal lama tapi tidak terlalu dekat dengan saya, tiba tiba jadi dekat dan bikin saya nyaman untuk berbagi pikiran, keluhan maupun berbagi karya. Dia yang membuat impian saya untuk kembali menulis jadi dihidupkan lagi. Karena dia percaya pada kemampuan saya dan percaya pada impian saya. Dia adalah teman jam berapa aja, yang selalu ada di saat saya membutuhkannya, saat senang maupun susah."

"Seneng banget pasti ya mbak, disupport penuh begini ", aku jadi ikutan baper denger curhat Mbak Nimas.
"Karena dia juga saya bertekad menyelesaikan novel novel saya untuk diberikan pada penerbit."
"Wah jadi kapan si Aryabuaya ini dijadwalkan terbit?"
"Rencananya sih Maret tahun depan, doakan saja agar lancar ya."

"Mbak, si Demian kan sering galau ya dalam menentukan pilihan hidupnya. Menurut Mbak Nimas, seberapa penting sih kita memperjuangkan kebahagian kita sendiri?", aku jadi makin bersemangat buat numpang curhat sama Mbak Nimas. 
"Penting banget dong, karena kita nggak bisa mengandalkan kebahagiaan pada orang lain atau benda atau situasi tertentu. Kita hanya bisa mengandalkan diri sendiri untuk menjaga kebahagiaan." 

"Tapi kadang kan kebahagiaan kita berhubungan sama orang lain ya, mbak. Kayak misalkan si Demian ini. Menurut mbak, kalau kita punya perasaan sayang sama seseorang, perlukah untuk selalu diungkapkan?", aku mengingat betapa pelitnya Demian ini mengungkapkan rasa sayangnya sama seseorang.
"Kalo kata aku sih perlu. Karena itu namanya perjuangan sampai titik darah penghabisan. Hehe. Kita memperjuangkan, hasilnya gimana alam aja. Tapi kita nggak akan menyesal kelak karena kita sudah mencoba memperjuangkan."
"Iya, ya mbaak. Seenggaknya meskipun kelak ditolak pun yang penting udah lega bisa ngungkapin perasaan ya.", aku mengamini pendapat Mbak Nimas sementara dia tertawa mendengar komentarku. 

"Mbak percaya nggak dengan ungkapan karena cinta tak harus memiliki? Alasannya Kenapa?"
" Percaya sih, karena kadang ada cinta yang lebih indah kalau dibiarkan saja begitu. Emang menyiksa banget sih, tapi kita mesti sadar kalo hidup berjalan dan perasaan bisa berubah. Kalo misal jadian dan menjalani hidup bersama, belum tentu lebih bahagia. Contohnya orang yang pacaran, menikah, ribut, cerai. Setelah cerai malahan bisa berteman. Yah semacam itu deh. Kalo pengen cinta itu rasanya sama, ya mending gak usah memiliki."

Entah mengapa sesi wawancara ini malah berlanjut jadi sesi curhat colongan. Untung Mbak Nimas baik banget mau meladeni pertanyaan-pertanyaanku. Sementara itu pengunjung konser masih bersenandung mengikuti idolanya bernyanyi di atas panggung. 

"Mbak Nimas suka lagu Payung Teduh yang manakah?"
"Aku suka 'Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam pelukan' sama 'Di Ujung Malam'"
"Huhu, aku tuh ya mbak, baru kenal Payung Teduh semenjak booming Akad itu. Eh baru mau kenalan udh ditinggal bubar. Kan php ya."
"Hahaha. Iyaaa sayang bener mas Is keluar... Huhuuh"

"Sedih ngga sih, mbak, waktu denger berita mau bubarnya mereka?"
" Sedih atuh, hiks "
" Eh mbak, nanya lagi donk. Kalau misalkan Demian difilmin, lagu Payung Teduh yang mana yang menurut mbak, cocok buat jadi Soundtrack-nya?"
"Sebenernya paling epic kalo buat film Demian ya Akad. Hahaha.. Tapi di musik aja. Kalo cocoknya sih yang Rahasia. Nah yang lagi dinyanyiin sekarang ini, nih."

"Wah aku baru denger yang Rahasia ini. Btw, moga-moga ada produser film yang tertarik buat nge-film-in novel ini ya. Sekalian aku mau permisi dulu ya, Mbaak. Mau maju lagi ke dekat panggung. Eh atau Mbak Nimas mau ikut?"
"Eh hayuk, deh. Mumpung konser terakhir, setelah ini belum tentu bisa lihat Is manggung lagi."

Kami berjalan sementara suara Is mengalun merdu..
"...Namun bila saat berpisah telah tiba..."



1 komentar on "Pertemuan tak Terduga dengan Penulis Impian Demian"
  1. Jadi cerita Demian ini bagaimana? Lama gak baca buku Indonesia macam gini hahaha

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,