April 15, 2018

Hush Little Baby



Judul Buku : Hush Little Baby
Penulis : Anggun Prameswari
Penyunting : Jia Effendie
Penerbit : Noura Books
Cetakan Pertama : Maret 2018
Tebal : 340 halaman, paperback
ISBN : 978-602-385-381-6

Kenapa. Kenapa. Kenapa.
Kenapa aku harus menjadi ibu?

Apakah kamu mengenali ibumu sendiri? Bagaimana kalau seumur hidupmu, dia tak pernah menganggapmu sebagai anaknya sendiri? Bagaimana kamu menjadi ibu, jika ibumu saja tak pernah benar-benar hadir dalam kehidupanmu?

Kisah cinta Ruby hampir seperti dongeng pengantar tidur. Ia seorang gadis sederhana bertemu pangeran tampan yang mencintainya, mereka kemudian menikah dan bahagia selama-lamanya. Sayangnya tentu saja hidup tak pernah punya akhir sebahagia cerita dongeng. 

Ruby yang semula bersikeras untuk tak mau memiliki seorang anak, malah dianugerahi kehamilan oleh Tuhan. Ruby khawatir dan ketakutan, bagaimana kalau kelak ia sama gilanya seperti sang ibu yang kemudian tak sanggup mengurus anak dan dirinya sendiri. 

Setelah kelahiran Gendhis, sang bayi, Ruby terserang depresi yang makin parah. Berakar pada ketakutan orang orang terdekatnya, Ruby makin mengkhawatirkan kewarasannya sendiri. Mungkinkah ia akan menyelakakan anaknya sendiri?




Saya langsung tergoda membeli buku ini begitu membaca blurbnya. Meski jujur saja covernya sama sekali tak berkesan, tapi tema depresi yang diambil sudah cukuplah buat saya. 

Alur ceritanya cepat dan diceritakan bergantian antara kejadian 15 tahun lalu, dan kejadian saat ini dari sudut pandang Ruby. Berpusat pada depresi yang dialami oleh Ruby serta bagaimana hal tersebut mempengaruhi orang orang terdekatnya, pembaca seakan berada dalam benak Ruby sendiri dan merasakan kelam pikirannya. 

Setelah melahirkan, perasaan takut, marah, kecewa, lelah, memperparah mood Ruby. Ia mengalami postpartum depression, dan diperparah oleh kelakuan ibu mertuanya yang semena-mena, Ruby jatuh makin dalam dalam kedukaan yang diciptakan oleh pikirannya.

Tadinya saya kira bakal langsung selese dalam sekali baca. Tapi ternyata saya perlu beberapa hari untuk menyelesaikan kisahnya. Mungkin karena saya jadi ingat perasaan waktu baby blues setelah melahirkan anak pertama dulu. Jadi kayak terhubung secara psikologis sama si Ruby, bawaannya suram suram muram gitu deh. Mungkin juga karena saya kurang puas dengan penyelesaian konflik ceritanya. 

Meski beberapa twist dapat ditebak tebak berdasar petunjuk yang tersebar di bagian-bagian cerita, tapi saya puas sih dengan salah satu twistnya yang sederhana namun benar benar mengecoh saya. Aduh saya gatel mau nulis tapi nanti jadi ngga seru lagi, donk. Sudahlah, kalian baca aja ceritanya sendiri ;)

Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,