Agustus 06, 2021

Lebih Senyap dari Bisikan

 


Judul buku : Lebih Senyap dari Bisikan
Penulis : Andina Dwifatma
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 155 halaman
Cetakan pertama : Juni 2021


Hari itu aku baru tahu bahwa lebar mulut rahim ternyata dihitung secara manual.


Usia pernikahan Amara dan Baron telah memasuki umur delapan tahun ketika akhirnya Amara hamil. Tentu saja kehamilan itu disambut dengan kebahagiaan oleh keduanya. Mereka mempersiapkan kamar cantik, calon nama, serta segala tetek bengek yang berhubungan dengan bayi dan kehamilan.

Karena cerita ini diceritakan dari sudut pandang Amara, maka bisa kita lihat betapa bahagia sekaligus khawatirnya ia akan anak yang masih ia kandung. Ia khawatir perkembangan tubuh janinnya, khawatir kecukupan gizinya, sampai khawatir tentang betapa mengerikannya dunia luar yang kelak akan anaknya tempati setelah lahir.

Nah begitu si anak yang diberi nama Yuki lahir, segalanya berubah jungkir balik. Semua persiapan dan panduan menjadi orang tua tiba tiba menjadi tak berguna. Yuki menangis, menjerit, tidak mau menyusu, tidur sebentar sebentar, dan segala kekhasan bayi baru lahir lainnya yang akibatnya tentu saja membuat kedua orang tua (atau seorang ibu) menjadi super panik, sensitif, mudah lelah, tapi juga bahagia.

Tak cukup berhenti di situ, permasalahan lain juga datang seakan ngga ada habis habisnya.

Membuat Amara kembali mempertanyakan makna pernikahannya sendiri. Menjadikan Amara menata kembali skala prioritasnya, dan berusaha menjadi tiang yang mengokohkan keluarganya.

Tapi mampukah Amara?


Udah lamaa sebenernya saya berharap ada novel lokal yang menceritakan susah payahnya menjadi seorang ibu. Jadi begitu ada pre order buku ini, langsung pesen donk ya.

Bukunya ngga terlalu tebal, malahan cenderung ringan, ringkes buat saya. Alur ceritanya cepat, maju dan sedikit mengulik ke masa lalu saat pertemuan Amara dan Baron serta saat awal awal pernikahan mereka. Konfliknya setahap demi setahap sampai agak agak mengejutkan saya sebenernya di belakang cerita, meski agak ga puas ama penyelesaian konfliknya tapi ya saya juga ngga yakin bakal baca ampe selesai sih kalau makin ribet konfliknya. Jadi ya buat saya konfliknya udah cukup, kasian Amara x_x

Menjadi seorang ibu baru tentu menimbulkan kecemasan tersendiri, meskipun sudah mempersiapkan segala kemungkinan jauh jauh hari sebelum persalinan, tapi ada saja hal hal baru yang membuat kami para ibu terbengong bengong, panik, was was, tapi juga bahagia melihat perkembangan buah hati.

Sebuah penelitian yang dipublikasikan oleh Kristensen dalam Jurnal "First-time mothers’ confidence mood and stress in the first months postpartum. A cohort study" menyebutkan bahwa ibu ibu pada dua bulan pertama pasca melahirkan lebih memiliki stress yang tinggi, serta kepercayaan diri yang rendah dibanding ibu ibu setelah enam bulan pasca melahirkan.

Karena itu adanya bantuan dan dukungan dari orang orang terdekat amatlah penting bagi seorang ibu baru. Seperti yang Amara alami di buku ini, ia berharap orang terdekatnya ada untuk membantunya mengurus anaknya. Tapi terkadang ikatan emosional seorang ibu baru memang amat lekat dengan anaknya, sehingga terkadang ia juga tak rela anaknya berpisah terlalu lama dari pelukannya.

Ribet ye? Ya begitulah ribet emang njelasiinnya. XD

Ya udahlah singkatnya buku ini recommendeed buat kalian yang mau nikah, yang udah nikah lalu berencana punya momongan, dan juga kalian yang punya kenalan baru punya baby. Mungkin ada yang hidupnya terlihat baik baik saja, tapi tak ada salahnya say halo menanyakan kabar, apalagi di masa pandemi. Saya hormat, kagum setinggi tingginya serta berdoa semoga kesehatan terlimpah untuk para ibu yang sedang hamil dan atau telah melahirkan di masa Covid masih merajalela begini.


Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,