Mei 01, 2022

The Storyteller

 





Judul Buku : The Storyteller

Penulis : Jodi Picoult

Tebal : 480 halaman (18j16m)

Via Storytel 

Penerbit : W.F Howes (audiobook) dan Atria/Emily Bestler Books (ebook)


I know how powerful a story can be. It can change the course of history. It can save a life. But it can also be a sinkhole.


Bermula dari pertemuannya di toko roti tempat Sage bekerja, ia berkenalan dengan Josef. Lelaki tua berumur sembilan puluhan itu kemudian sering berkunjung dan mengobrol dengan Sage, keduanya berada di grieving group yang sama.


Perkenalan ini ternyata bukan cuma-cuma, Josef meminta tolong Sage untuk mewujudkan keinginan terakhirnya yaitu menghilangkan nyawa Josef. Usut punya usut, Josef dulunya tergabung dalam SS dan terlibat di peristiwa Holocaust. Perasaan berdosa yang menghantuinya membuatnya merasa tak pantas hidup lama. Tapi separah apapun penyakit yang menjangkitnya, mulai dari kanker sampai pneumonia, ia masih tetap hidup. 


Sage sendiri adalah seorang dari keluarga Yahudi. Meski ia mengaku atheis, tapi pengakuan Josef cukup mengganggu hatinya. Ia ingat bahwa neneknya adalah salah seorang survivor dari peristiwa Holocaust. Maka tak urung, mulailah Sage mencoba mencari tahu masa lalu neneknya.


Apakah Sage akan mengiyakan permintaan Josef? Atau apakah ia akan menolaknya dan menyerahkannya ke FBI agar Josef dideportasi?


Membaca buku ini sungguh memberi tahu saya banyak hal hal baru. Dimulai dari hobi bakingnya Sage, berbagai macam roti dan cara mengulennya dijelaskan di sini. Saking detailnya, saat membaca/dengerin audio booknya, saya bisa membayangkan harumnya dan lembutnya roti roti tersebut.


Hal lain yang saya pelajari adalah, tentu saja, Holocaust. Ketika Jerman merasa bahwa bangsa arya lebih kuat dan lebih berhak hidup daripada kaum Yahudi. Dimulai dari tahun 1939, Jerman mulai menginvasi Polandia dan menjarah rumah dan kepemilikan warga Yahudi. Pembatasan ini juga dibarengi oleh perekrutan lelaki muda Jerman untuk bergabung dalam Hitler Youth yang sebenarnya sudah ada sejak tahun 1922.


Jika kita pernah membaca kekerasan yang dilakukan Jerman saat Holocaust di buku buku lain, Juru Tato dari Auschwitz, atau The Diary of a Young Girl Anne Frank, atau buku yang bikin banjir air mata -The Boy in the Striped Pyjamas, atau buku buku lainnya, maka di buku The Storyteller ini pun kekejamannya tak jauh beda. Berfokus pada camp wanita, di Storyteller sediikit disisiplan dialog dialog dalam bahasa Jerman. Karena tokoh wanita di cerita tersebut, meski Yahudi, tapi cakap berbahasa Jerman dan membuat cerita.


Kayaknya kalau dilanjut lagi ngga akan kelar ini review. Maka kalian baca aja sendiri ya xD

Seperti buku Picoult yang lain, pengembangan karakter dan plot twist yang dibubuhkan di buku ini membuat pembaca makin penasaran apa dan bagaimana cerita ini akan berakhir. Tak ayal, saya rasa lima bintang patutlah diberikan untuk buku ini.


Minusia, look at me. If you die, it will be with a bullet to the heart not the head. i promise


Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,