Slide Show

September 30, 2011

Hairless


Penulis : Ranti Hannah

Tebal : 298 halaman, paperback

Penerbit : Gagas Media

Cetakan Pertama : 2011

ISBN : 979-780-488-7



“Sakit mengajarkan kesabaran tanpa batas. Sebuah scenario yang luar biasa. Jika kita mampu memahaminya…” – Ir. Shahnaz Haque-Ramadhan, survivor kanker ovarium

Itu adalah kalimat pengantar di bagian cover buku Hairless, yang saya rasa cukup mewakili pesan dari cerita di dalamnya.


Bagaimana rasanya ketika di usia belum genap 25 tahun, menjadi istri baru setahun dan sedang mengandung anak pertama, lalu Anda divonis memiliki kanker? Sang penulis membagikan ceritanya untuk kita, perkenalkan, Ranti Astria Hannah. Berawal di usia kehamilannya yang baru 7 bulan, ditemukan benjolan di bagian payudara kanannya. Kekhawatiran Ranti akhirnya terjadi juga, ia divonis menderita kanker payudara. Semenjak itu perjuangan Ranti dimulai. Masa-masa menanti kelahiran anak pertamanya ikut terbebani perasaan campur aduk akan kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi pada pasien kanker. Segala impian untuk memberikan ASI eksklusif untuk anaknya dan segala bayangan kebahagiaan akan hadirnya Buah Hati mulai tercemari ketakutan-ketakutan Ranti akan kanker.


Setelah melahirkan, Ranti melakukan pengobatan di National University Hospital, Singapura. Ditemani Mama, Papa atau Suaminya, Ranti bolak-balik Indonesia-Singapura-Indonesia berjuang melawan kanker ganas yang dimilikinya. Ia harus menerima vonis mastectomy, menjalani radiotherapy, dan menempuh kemoterapi yang mengakibatkan rontoknya rambut, muntah-muntah, menopause sementara, tubuh yang rentan penyakit semuanya akan ia alami di usianya yang masih muda. Belum lagi kemungkinan bahwa kankernya bisa diturunkan melalui gen, berarti ada kemungkinan orang-orang terdekatnya juga bisa memiliki kanker yang sama.


Dengan ketegaran dan dukungan orang-orang terdekatnya, Ranti beryekad akan memenangkan perjuangan ini. Kelak suatu hari ia akan dikenal sebagai seorang survivor, bukan korban dari Kanker. Membaca memoar Ranti membuat saya mengenang kembali masa-masa perjuangan Mama. Sayangnya, beliau kalah berjuang melawan kanker ganasnya tepat ketika saya berusia 7 tahun. Sebagai keluarga dari seorang penderita kanker, saya mampu memahami bagaimana perasaan orang-orang terdekat Ranti. Mungkin seperti Sang Suami, yang akhirnya menangis tersedu-sedu ketika melihat helai demi helai rambut Ranti rontok (hal.226), yang ikut-ikutan membuat saya menangis sesenggukan juga (di kereta!!). Atau bagaimana kekakuan Sang Papa yang curhat dadakan sambil nyetir mobil kaya pembalap, sukses membuat mantunya sport jantung dadakan (Hal.172). Tapi Ranti beruntung, dia dikelilingi banyak sekali teman-teman dan sahabat yang benar-benar mendukungnya, di buku ini juga diceritakan bagaimana Ranti bersikap sebagai anak muda yang masih butuh teman buat ngasih perhatian, becandaan, ketawa atau nangis serempakan. Juga sebagai teman yang saling bersikap dewasa, merencanakan masa depan, menghadapi kenyataan.


Buku ini saya baca di kereta, bolak-balik Solo-Jogja, dan karena cara berceritanya yang seru, sukses membuat saya tersenyum-senyum sendiri, lalu tiba-tiba di bagian tertentu saya meneteskan air mata haru, tapi kemudian saya ketawa lagi seringnya karena kekonyolan Sang Suaminya Ranti (Alhasil di kereta diliatin orang-orang, tapi tak masalah, biar mereka penasaran dan siapa tahu jadi ikutan mau baca :p). Di dalamnya juga diberi banyak pengetahuan tentang kanker payudara dan treatment obatnya, jadi baca memoar sekaligus dapat pengetahuan. Keren, kan? Ceritanya Ranti juga mengingatkan saya, bahwa kanker bisa dikalahkan, segala upaya pasti dibalas Tuhan dengan setimpal dan selalu diberikan yang terbaik. :)


5/5 bintang untuk perjuangannya Ranti. Selamat karena telah memenangkan perjuangan melawan penyakit ”terkutuk” itu, kanker.

September 24, 2011

The Conch Bearer : Keong Ajaib


Judul : The Conch Bearer; Keong Ajaib

Penulis : Chitra Banerjee Divakaruni

Alih Bahasa : Gita Yuliani K.

Penerbit : Gramedia

Cetakan Pertama : Februari 2004

Tebal : 272 halaman, paperback


Nama anak laki-laki itu Anand, umurnya dua belas tahun. Ia hidup di Kolkata, India, bersama Ibu dan seorang adik perempuannya yang bernama Meera. Ayahnya bekerja di Dubai tetapi sudah beberapa bulan ia tidak mengirimkan kabar lagi kepada keluarganya. Sedangkan uang tabungan ibunya sedikit demi sedikit mulai habis digunakan untuk biaya pengobatan Meera, gadis kecil itu berubah menjadi pendiam dan sering ketakutan setelah suatu peristiwa mengerikan menimpanya.


Anand terpaksa berhenti sekolah, ia membantu Ibunya mencari uang dengan bekerja di kedai milik Haru. Meski sering dicaci maki dan diberi makanan basi, Anand tetap bertahan demi rupee-rupee yang nantinya akan ia berikan kepada Ibunya yang bekerja sebagai tukang masak. Meski hidupnya berkesusahan, Anand masih memiliki imajinasi yang tinggi, ia berharap memiliki benda ajaib yang bisa menyembuhkan Meera dari penyakitnya dan mengembalikan Ayahnya ke tengah-tengah keluarga mereka.


Suatu hari Anand menolong seorang kakek yang diusir Haru dari kedainya. Anand memberikan secangkir teh dan jatah makan siangnya kepada kakek itu. Malamnya ketika Anand pulang dari tempat bekerja, ia dan Meera yang sedang di dalam rumah tiba-tiba didatangi Kakek tua itu. Kakek itu bercerita bahwa dia adalah seorang Sang Penyembuh. Ia bertugas mengembalikan sebuah Keong. Tapi bukan sembarang Keong, Keong itu keramat dan berkekuatan dahsyat dan harus segera dikembalikan ke sebuah tempat bernama Lembah Perak, karena terancam bahaya. Surabhanu, sebut saja Sang Pemelihara Keong yang berniat buruk sedang memburu keong itu untuk digunakan menguasai dunia. Kakek itu mengajak Anand untuk ikut bersamanya menyelamatkan keong itu dengan pergi ke Lembah Perak.


Awalnya Anand tidak percaya, tetapi ia melihat bukti bahwa keong itu adalah keong yang luar biasa. Warnanya indah dan memancarkan keindahan ke tiap sudut gubuknya, padahal ukuran keong itu kecil, tidak lebih besar daripada telapak tangannya. Yang lebih meyakinkan Anand adalah karena Sang Penyembuh itu ternyata bisa menyembuhkan Adiknya, Meera.


Perjalanan Anand dan Sang Penyembuh yang bernama Abadhyatta itu juga ditemani oleh seorang anak perempuan bernama Nisha. Mereka mengalami berbagai macam petualangan yang menegangkan, bahkan mengancam nyawa mereka sendiri hanya demi sebuah keong. Surabhanu yang kuat juga mengganggu Anand dalam mimpi dan lewat khayalannya. Ia bahkan hampir membunuh Abadhyatta lewat tangan Anand sendiri. Sementara kerinduan Anand kepada keluarganya semakin menjadi-jadi, membuat ia ingin pulang ke rumah dan berada di pelukan Ibunya yang nyaman bersama adiknya yang telah sembuh. Yang jadi pertanyaan, Mampukah Anand dan kedua teman perjalanannya itu berhasil membawa keong kembali ke Lembah Perak?



” Bahaya akan menimpa kita kapan saja. Kita tidak bisa menghentikannya. Kita hanya bisa berusaha mempersiapkan diri. Tidak ada gunanya menunggu-nunggu bencana dan menderita pengaruhnya bahkan sebelum ia datang.” Hal. 102

” Untuk bisa meraih sesuatu yang besar, seseorang harus melepaskan cengkeramannya atas sesuatu yang lain yang juga sama disukainya.”

4 bintang untuk Anand dan keong. :D

September 23, 2011

Master 18

Judul : Master 18
Penulis : Soegeanto Tan
Editor : Rayendra L. Toruan
Penerbit : PT Elex Media Komputindo
Tebal : xxx + 394 halaman
Cetakan Pertama : September 2011
ISBN : 978-602-001-0816

Master 18 penuh dengan motivasi-motivasi yang sederhana namun penuh makna. Penulis membeberkan tips-tips agar kita menjadi MASTER dalam kehidupan kita. Yup.. Master,

seorang yang ahli di bidangnya dan juga ahli mengoptimalkan energi dalam dirinya secara terus-menerus buat kebaikan diri sendiri dan orang lain. Hal. 5
Tapi master di buku ini bukan hanya menjadi master biasa.. istimewanya adalah bagaimana caranya agar kita menjadi Fun Master. Dilengkapi dengan 18 jurus dari 6 level Fun Master, Penulis membantu kita agar kita bisa reborn, terlahir kembali menjadi seorang Fun Master.

6 level Master tersebut adalah Mindset, Attitude, Spirit, Talent, Energy dan Recycle. Uniknya, masing-masing level disajikan 3 jurus agar level tersebut bisa melalui dan menghasilkan sesuatu yang Fun. Contohnya pada level Attitude, di sini diberikan jurus sikap yang Fokus, tapi Unconventional, di mana semuanya harus di Navigasi dengan baik. Demikian juga dengan kelima level lainnya. Tentunya masing-masing level punya jurus sendiri-sendiri yang berbeda satu sama lainnya.

Sebuah keberhasilan tidak pernah terjadi secara tiba-tiba. Kesemuanya membutuhkan proses dan tahapan-tahapan yang harus dilalui agar kita menjadi berhasil. Yang saya suka dari buku ini adalah dari awal penulis mengajak kita untuk terlebih dulu mengatur mindset kita. Bagaimana pentingnya suatu impian, keinginan agar bisa benar-benar meresap di pikiran kita dan kita mulai merancang skema tahapan agar kita bisa maju ke depan. Berikutnya langkah yang diambil adalah bagaimana perilaku kita (attitude).
Sikap itu lebih penting daripada kepandaian, keahlian khusus dan keberuntungan. Hal.83
Sikap adalah ahli perpustakaan masa lalu kita, juru bicara masa sekarang kita dan nabi bagi masa depan kita. Hal. 92.
Demikian seterusnya, penulis mengupas kulit demi kulit dari sebuah atom kesuksesan. Setelah spirit, Anda masih akan menemui kulit atom Talent, bakat yang anda miliki dan Anda kembangkan dengan tepat. Lalu ada kulit atom Energy, dan Recycle. Kesemuanya diformulasikan dengan menyenangkan terlebih dengan font huruf yang cukup besar dan diselingi gambar, membuat saya betah membacanya.

Di dalam buku ini, penulis memberikan contoh Tokoh-tokoh Fun Master yang sudah akrab di telinga kita. Ada kisah semangatnya Agnes Monica, cerita tentang Thomas Alfa Edison, Michael Jordan, bahkan Penulis juga mencontohkan dari tokoh dalam cerita sebuah film. Inception, Star Wars, The Shawshank Redemption adalah beberapa contoh judul film yang bisa kita ambil sisi positifnya untuk membantu kita menjadi seorang FUN MASTER.

Anda bisa menemukan kisah Lance Amstrong, seorang juara Tour de France sebanyak 7 kali berturut-turut, padahal ia pernah divonis hanya memiliki tingkat peluang hidup sebesar 3%. Atau menemukan ceirta hidup Oprah Winfrey yang masa kecilnya tragis namun ia mampu bangkit dan menjadi lebih baik. Setelah membaca buku ini, Anda akan benar-benar termotivasi, setidaknya Anda akan disuplai dengan energi positif yang dikeluarkan penulis melalui buku ini.

Keunikan yang saya jarang temukan di buku motivasi lainnya adalah Trivia. Trivia di buku ini menceritakan pengetahuan-pengetahuan sederhana yang belum kita tahu tapi bermanfaat atau kadang menginspirasi kita. Seperti satu jurus kesuksesan Tiger Woods atau tentang pembuatan gaun pengantinnya Kate Middleton. :D

Sayangnya, masih ada beberapa typo dalam penulisan buku ini, diantaranya seperti Ke a rah : 189, menakjudkan : 211 dan 257, sopir2 : 146, Km2 : 190, Konggres : 193.
Di bagian awal cerita diceritakan sedikit tentang jet stream yang diakhir paragraf dituliskan kalimat “satu hal yang pasti : Anda dan saya tidak mengharapkan kejadian di atas”. Saya kurang setuju dengan pernyataan ini, tolong koreksi saya bila saya terbukti salah. Setahu saya, perlombaan balon udara malah seringnya memanfaatkan arus jet stream agar mereka (pengemudi balon) bisa mendapatkan energi yang besar. Bahkan beberapa waktu lalu, saya menonton siaran televisi yang menceritakan ada penerbang balon udara yang mampu mengelilingi dunia selama 18 hari berkat arus jet stream ini. Jadi menurut saya pribadi, jet stream tidaklah seseram yang diceritakan penulis di buku Fun Master ini.

Secara keseluruhan, buku motivasi ini menurut saya berhak mendapatkan 4/5 bintang. Terima kasih kepada pihak yang telah mengenalkan buku ini kepada saya. Saat ini saya sedang butuh motivasi untuk keluar dari zona aman saya, dan buku ini cocok banget untuk memotivasi saya agar menjadi lebih baik. :)
September 19, 2011

Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng


Penulis: Jostein Gaarder

Penerjemah : A. Rahartati Bambang

Penerbit : Mizan

Cetakan Pertama : Februari 2006

ISBN : 979-433-414-6



Pertama kali membaca tulisan Gaarder, saya diajak berkunjung ke perpustakaan ajaibnya, sampai saya merasa curiga jangan-jangan perpustakaan itu bener-bener nyata..


Kali ini saya diperkenalkan kepada seorang anak laki-laki yang bernama Peter. Peter kecil tumbuh dengan imajinasi yang luar biasa, ia pandai berkata-kata dan memiliki kemampuan yang sangat spesial dalam memainkannya. Terkadang ia bisa begitu mudahnya membalas hinaan temannya yang telah adu pukul dengan dia. Peter tahu betul kekuatan memainkan kata-kata. Dalam berimajinasi, ia juga memiliki kelebihannya, ia benar-benar bisa menciptakan dunia khayalannya sendiri. Jiwa bisnisnya pun sudah muncul sejak kecil, ia ”menjual” pekerjaan rumah kepada teman-teman sekelasnya dengan imbalan yang beraneka macam. Tergantung bagaimana Peter menginginkannya, dan dia benar-benar pandai ”menjual” nilai kepada teman-temannya.


Ketika Peter berumur hampir 18 tahun, Ibunya meninggal. Selama ini Ibu adalah tempat Peter menceritakan berbagai kisah hasil imajinasinya. Setelah ibunya meninggal, ia bingung kepada siapa lagi harus bercerita. Anehnya, meski ia pandai sekali berkata-kata, ia tidak mau menjadi penulis novel.


” Aku tidak akan pernah menulis sebuah novel. Aku tidak mampu berkonsentrasi pada sebuah cerita. Bila aku mulai menganyam sebuah fabel, dengan segera fabel itu akan tersedot ke dalam empat atau delapan fabel lainnya”, Hal. 171


Ia menceritakan kisah-kisahnya kepada banyak gadis yang ia kencani, semuanya tentu dengan cerita yang berbeda. Sampai suatu hari ia membuat Writers aid (aid seperti dalam first aid kit) yang maksudnya pertolongan bagi penulis yang mengalami kebuntuan ide saat menulis. Peter dengan segera menjadi laba-laba yang menenun ceritanya ke banyak penulis. Ia menyuntikkan ide-ide segar yang terus berbeda, memberikan panduan jalan ceirta, dan ia mendapatkan bayaran yang cukup besar dari ide-ide ceritanya tersebut. Di antara kisah-kisah yang diceritakan Peter adalah cerita tentang gadis pemain sirkus bernama Panina Manina, cerita ini hanya ia ceritakan ke orang yang benar-benar ia cintai. Sampai ternyata cerita ini ikut menjadi bagian dari jalan hidupnya sendiri.


Membaca Putri Sirkus dan Lelaki Penjual Dongeng menjadi satu hiburan yang berbonus-bonus menurut saya. Gaarder dengan mudah menyisipkan cerita-cerita di dalam cerita inti buku ini. Hal ini karena kemampuan imajinasi Peter, sang Tokoh utama, yang sedemikian banyaknya. Di antara cerita Peter, tersebutlah cerita tentang pembunuhan rangkap tiga, si kembar di Vietnam, konstanta jiwa, Ras manusia yang tersisa, dan masih banyak lagi.


Seperti biasa, Gaarder menyelipkan filosofi filosofi kehidupan di dalam ceritanya dengan anggun. Saya ambil contoh :


” Miliaran tahun dibutuhkan untuk mengembangkan kesadaran manusia, dan kau ingin menghapusnya? Lalu bagaimana dengan keajaiban dari kehidupan? Itu jauh lebih penting dari apa pun di seluruh semesta.”

Hanya saja saya menemukan kejanggalan di halaman 388, di baris kedua ditulis ” sembilan kali sembilan ubin, karena itulah kebenaran yang paling mendasar,....” di situ tertulis demikian padahal kalimat selanjutnya ” Inti dari eksistensi adalah persegi empat yang terdiri dari empat puluh sembilan ubin hijau dan merah di kamar 15.....”. sebelumnya cerita ini didahului dari enam kali enam ubin, dan setelah bagian ”empat puluh sembilan” ini adalah delapan kali delapan ubin. Jadi.. bukankah yang lebih tepat di baris kedua di halaman 388 tadi yang bertuliskan sembilan kali sembilan ubin itu seharusnya menjadi tujuh kali tujuh ubin? Mungkin editor bisa mengoreksinya lagi, tapi kalau sudah benar ya.. berarti saya yang belum paham maksudnya.


Secara keseluruhan, 4 bintang saya rasa layak disematkan untuk buku ini. :)

September 11, 2011

Senyum


Penulis : Raina Telgemeier
Pewarnaan : Stephanie Yue
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Juni 2011
Tebal : 224 halaman, paperback
ISBN : 978-979-22-7093-8
Novel Grafis

Bagaimana jadinya ketika seorang anak berusia 11 tahun harus bermasalah dengan giginya? Raina Telgemeier berbagi kisahnya untuk kita. Suatu malam, Raina terjatuh ketika berlarian dengan teman-temannya, akibatnya gigi depannya satu melesak ke dalam gusi dan yang satunya copot. Dari situlah ”gigi” telah mendapatkan porsi spesial di hari-hari Raina ke depannya. Bertemu dengan dokter gigi yang ternyata banyak macamnya, berakrab-akraban dengan gips, kawat gigi, headgear, gas tawa, novocaine. Saya nggak bisa ngebayangin rasanya -__-”

Tapi Raina juga gadis normal biasa, dia menghadapi pelajaran-pelajaran yang semakin sulit, diam-diam mulai naksir cowok, kisah jerawat dan perlakuan teman-teman yang menganggapnya beda juga turut mengisi hari-hari Raina. Kebanyakan teman mendukung Raina, tapi teman dekatnya malah sering memperolok Raina. Tega-teganya ya? Saat Raina lagi kurang kepercayaan diri, eh malah dipermainkan.

Tapi Raina seorang gadis yang kuat, dia emang bukan kupu-kupu sih, jadi wajar aja kalo dia ragu, beneran bisa normal lagi nggak hidupnya. Raina buat saya adalah sosok gadis yang aslinya biasa saja, tapi perjuangannya itu yang bikin dia luar biasa. Saya selalu salut buat orang-orang yang berani memakai alat bantu untuk gigi mereka, meski saya sempat mau pakai kawat gigi tapi sama dokter disaranin nggak aja. Bukan apa-apa, saya sering dislokasi rahang kalau terlalu lebar membuka mulut, jadi kunjungan ke dokter gigi adalah kunjungan yang bikin deg-degan, soalnya dokter juga khawatir harus masuk UGD karena rahang saya bermasalah. Dulu sempat sakit-sakitan sih, karena ada lubang di gigi, tapi tekad nggak mau sakit itu yang membuat saya berani duduk di kursi pasien dan menerima saran dokter buat ditambal gigi daripada dicabut. Mungkin tekad itu juga yang dirasakan Raina selain keinginan untuk bisa senyum tanpa ada tambahan ”peralatan” di giginya.

Awalnya selain karena review teman-teman yang bilang ini novel grafis yang keren, saya tertarik juga karena covernya yang sederhana. Gambar senyum di halaman covernya itu yang tidak biasa. :D Novel grafis ini bagi saya penuh pesan sosial, diantaranya mengolok-olok teman itu nggak baik serta sikap positif yang akhirnya timbul di diri Raina setelah ia tidak melihat tampilan luarnya saja. Ow yang penting juga, tersenyumlah!!

”Aneh, sesuatu terjadi saat kau tersenyum pada orang, mereka balas tersenyum.” Hal. 111
”Dan aku takkan membiarkan kalian mempermainkanku lagi! ”, Hal. 191
Kecantikan itu bukan apa-apa yang terlihat dari luar, tapi ia terletak di dalam hati, dalam diri manusia. :)
5/5 bintang untuk Senyum-nya Raina. I love it.
September 10, 2011

The Book With No Name

Penulis : Anonymous
Penerbit : Kantera
Tebal : 473 halaman, paperback
Cetakan Pertama : Juni 2011

The Book with no Name adalah sebuah buku yang penulisnya anonim. Isinya menceritakan sebuah kota yang bernama Santa Mondega, yang tidak akan kalian temukan di peta. Kenapa? Karena kota ini banyak misterinya!!

Tersebutlah sebuah batu yang disebut Mata Rembulan, hilang dari biara Hubal. Batu itu harus segera ditemukan sebelum kegelapan menyelimuti seluruh kota tiba saat gerhana. Batu itu memiliki kemampuan istimewa, yang bisa mengakibatkan kejahatan dan kekuatan mistis memiliki kota mereka sendiri. Dua orang biarawan diutus pergi ke Santa Mondega untuk menemukan batu itu dan membawanya pulang.

Sayangnya, batu itu juga menjadi rebutan banyak orang. Harganya yang snagat besar menjadikan batu itu sering berpindah tangan dari satu pembunuh ke pembunuh keji yang lain. 5 Tahun lalu, ketika terjadi gerhana, di Santa Mondega ada pembunuhan besar-besaran. Sang pemuda yang dikenal sebagai Bocah Bourbon memiliki tingkat kebrutalan yang luar biasa dalam pencariannya akan Mata Rembulan. Setelah pembunuhan keji yang ia lakukan, kabarnya Bocah itu telah mati, atau hilang. Tapi jangan percaya, sebab menjelang gerhana tahun ini, Bocah Pembunuh itu kembali lagi.

Nah, di perpustakaan Santa Mondega juga ada sebuah buku yang nggak ada judul dan nama pengarangnya. Sialnya, setiap orang yang pernah baca buku itu selalu dibantai. Polisi juga sudah mulai mengaitkan berbagai macam pembunuhan ini dengan kehadiran Bocah Bourbon, tapi sepertinya mereka juga takut terhadap Bocah Bourbon yang telah kembali itu. Lalu siapa yang berhasil memiliki Mata Rembulan? Lalu kenapa Bocah Bourbon itu hanya muncul setiap akan ada gerhana?

Ini buku dengan detail penuh darah yang pernah saya baca. Entah mengapa kesan horornya nggak ada, yang berkesan hanya darah yang berceceran di banyak halamannya. Banyak kisah mistis yang diselipkan di dalam buku ini, kisah Vampir, Orang-orangan sawah, serta beberapa kisah yang diceritakan di buku tak berjudul. Awalnya sih sempet bosen juga dicekokin kebrutalan yang ada di Santa Mondega, tapi ternyata akhir-akhirnya seru!! Kalau kita cermat memerhatikan detail-detail ceritanya, kita bisa nebak endingnya. Tapi kalo nggak jeli, mungkin akan kaget dengan endingnya yang berkesan ”ujug-ujug”. Oh ya, buku ini juga banyak mengambil banyak tokoh dari film atau buku yang kemudian disisipkan dengan pas di ceritanya. Mungkin biar punya gambaran juga kali ya..

Yang bikin serem justru simbolnya.. Saya ngga ngerti kenapa pake pentagram dan Kepala kambing di sampulnya.. bukannya itu simbol .... ah ya sudahlah. Semoga bisa lebih kalem lagi cover edisi selanjutnya.
September 01, 2011

99 Cahaya di Langit Eropa


Penulis : Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra
Tebal : 414 halaman
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 978-979-22-7274-1
Buku traveling yang tidak biasa. Itu kesan saya setelah membaca keseluruhan buku ini. Cara penyampaian penulis terhadap kota-kota istimewa di Eropa begitu memikat. Terlebih keluasan sejarah, rekam jejak yang cukup detail, dan bahasa yang sederhana membuat saya bersemangat untuk segera menuntaskan baca buku ini.
  
Penulis mengajak kita berjalan-jalan dulu di Wina, mengunjungi Restoran spesial, karena menjungkirbalikkan konsep ekonomi di dunia. Lalu berjalan-jalan ke Museum Kota Wina untuk bertemu Kara Mustafa Pasha, seorang pemimpin penaklukan Islam Ottoman yang gagal menaklukan kota Wina. Sebuah potret yang mengabadikan warisan pengetahuan, bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Oleh karena itu, penyebaran Islam pun perlu dilakukan secara baik-baik, dengan cinta dan kasih sayang, bukan dengan pedang dan meriam yang akhirnya berujung kekalahan. 
 
    Kara Mustafa Pasha

Perjalanan kedua dalam mencari jejak-jejak Islam di Eropa, adalah ke Paris. Pusat peradaban paling maju di dunia. Di Museum Louvre, kita diperkenalkan dengan Kaligrafi Arab Kuno, Pseudo Kufic di sebuah lukisan terkenal, The Virgin and The Child. Sebuah kalimat tauhid  bertahta di pinggir hijab Bunda Maria. Penasaran? Anda perlu membaca buku ini untuk mengorek keterangannya. :) Di Paris, ada pemandangan satu garis yang indah. Air mancur besar, Monumen Obelisk Mesir, Jalan Champs-Elysees dan Monumen Arc de Triomphe semua membentuk garis lurus sempurna. Yang kalau dipanjangkan jauh ke timur tenggara, berujung ke Mekkah. 

 
        The Virgin and The Child

Pada bagian ketiga perjalanan, kita menuju Cordoba dan Granada. Di sini ada Mezquita yang terkenal, bangunan Masjid yang berubah fungsi menjadi gereja. Bangunan seluas 24.000 m2 itu beraksen merah dan putih. Kaligrafi arab masih menghiasi atap, meski penuh ”luka” karena dicongkel dan dihapus jejaknya. Mihrab yang dijeruji menambah kedukaan yang timbul karena  menjadi refleksi kejayaan Islam sekaligus kejatuhannya.

 
                        Mezquita

Di Granada, ada Al-Hambra, sebuah benteng pertahanan yang menorehkan jejak penaklukan Kristen Spanyol yang terus menggusur wilayah Kesultanan Islam. Benteng yang akhirnya menjadi saksi bisu kekalahan Islam lainnya, dengan diserahkannya Granada dari Sultan terakhir ke tangan Isabella dan Ferdinand yang akhirnya membaptis seluruh warga Granada untuk memeluk agama Kristen. Tindakan yang sebenarnya ditentang oleh semua golongan, termasuk Kaum Kristen asli penduduk Granada.
 
                    Al Hambra
Bagian Empat buku ini adalah perjalanan ke Istanbul, Turki. Negara yang begitu bangga akan dualitas identitasnya. Satu kaki menjejak Eropa, dan Kaki satunya menjejak Asia. Di Istanbul, kita diajak mengunjungi Hagia Sophia, bangunan yang sempat menjadi Gereja, sempat menjadi masjid. Dengan keanggunan kaligrafi Islam raksasa, motif lukisan Yesus dan Bunda Maria, kini bangunan itu diwakafkan untuk menjadi museum demi kepentingan negara. Perjalanan ini Juga mengunjungi keindahan Masjid Biru dan Istana Sultan Topkapi.

 
                    Hagia Sophia

Buku ini memperkaya saya akan keindahan Islam di Eropa. Ketika perbedaan agama hidup dengan selaras, tapi akhirnya juga agama yang dibawa- bawa demi memenuhi ego manusia untuk berkuasa. Buku ini buku traveling yang juga mengingatkan saya untuk menjadi agen Islam yang baik, yang menyebar damai, keteduhan dan keindahan di komunitas nonmuslim. Apalagi ketika Islam menjadi agama minoritas. Buku ini membawa kita kembali ke abad-abad bangkitnya Eropa setelah melewati Masa Kegelapan.
  
” Islam pernah bersinar sebagai peradaban paling maju di dunia, ketika dakwah bisa bersatu dengan pengetahuan dan kedamaian, bukan dengan teror atau kekerasan.”  Hal.8
 
Buku yang penuh dengan percakapan-percakapan tentang indahnya Islam, keteduhan dan kegigihan orang-orang yang too good to be true but they are really true dalam mendakwahkan Islam yang rahmat bagi seluruh Alam, bukan hanya rahmat bagi orang Islam saja.  :)

Salam,

Salam,