Maret 23, 2015

[Event] Wawancara saya dan Dion bersama Barokah Ruziati






Bagi penggemar novel-novel terjemahan, mungkin sudah tak asing dengan nama Barokah Ruziati. Saya sendiri pertama kali membaca buku “sentuhan” beliau yaitu sebuah novel fantasi yang berjudul A Long Long Sleep, waktu itu saya baru setahun gabung dengan BBI jadi baru mulai perhatian sama nama-nama penerjemah, penyunting, proofreader buku-buku yang saya baca.

Karena Mbak Uci (demikian saya memanggilnya) akhir-akhir ini lagi banyak menerjemahkan karya fantasi, maka saya dan Dion di Baca Biar Beken jadi penasaran mau ngobrol-ngobrol dikit dengan beliau. Apalagi eventnya lagi pas banget nih, dengan event Around The Genres nya BBI

Yuk, simak obrolan kami :)
(Keterangan A: Alvina, D : Dion,  U : Mbak Uci)




 A : Haloo, Mbak Uci, terima kasih sudah bersedia ngobrol sama kami yaa. Sejak tahun berapa, sih,  Mbak Uci mulai jadi penerjemah? Cerita dikit doonk buku pertama yang Mbak Uci terjemahin ^^

U : Mulai jadi penerjemah sih sejak kuliah, menggarap subtitle untuk acara-acara TV (wow,  akhirnya aku kenalan sama penerjemah acara TV beneran! Selama ini sering penasaran kalau nonton subtitle di TV. Kapan kapan wawancara bab ini aahh)
Tapi kalau nerjemahin buku kira-kira tahun 2007 atau 2008. Buku pertama yang aku terjemahkan Serial Ulysses Moore: Peta yang Hilang. Penerbitnya Erlangga dan terbit tahun 2008. 

A : Terus novel fantasi apa sih, yang pertama kali Mbak Uci terjemahkan?
U : Novel fantasi pertama ya Ulysses Moore itu.
(waah sekalinya nerjemahin, ternyata langsung novel Fantasi! *sungkem)

D : Sebelum mulai menerjemahkan, Mbak Uci membaca semua isi bukunya dulu nggak?
U : Nggak :) Soalnya pingin ikut penasaran dan terbawa emosi saat menerjemahkan. Kalau sudah baca duluan kan jadi sudah tahu ceritanya.

D : Pake kamus apa kalo nerjemahin fantasi? (*Modus nanya sambil berguru*)
U : Sama saja dengan menerjemahkan buku non fantasi. Paling Google search-nya yang dimanfaatkan secara maksimal biar nggak salah-salah nerjemahin istilah atau makhluk-makhluk fantasi.

A : (*Dorong Dion ke samping)
Mbak Uci, beda banget nggak sih “rasanya” kalau nerjemahin novel fantasi dengan novel non fantasi?
U : Beda nggak yaa :D Sebenarnya nggak juga, yang beda "rasanya" itu kalau menerjemahkan buku yang sangat populer (dengan fan base yang berlimpah) dibandingkan buku yang "biasa-biasa saja". Ada kekhawatiran mengecewakan penggemar fanatik yang sudah sangat akrab dengan buku tersebut, karena mereka tentu akan lebih kritis. (Hohohoho, apalagi yang suka membandingkan terjemahan dengan buku aslinya ya *nyengir cantik)

D : (*geser Vina jauh jauh)
Mbak, gimana sih, cara nerjemahin karya fantasi yang asik tanpa harus sok keminggris atau jadi kaku?
U : Setiap kali menerjemahkan buku, baik fantasi maupun non fantasi, tujuan utama penerjemah tentu menghasilkan terjemahan yang luwes dengan tingkat keterbacaan yang baik. Jadi intinya sih, aku menempatkan diri di sisi pembaca. Kira-kira mereka bakal bingung atau terganggu nggak dengan terjemahanku. Walaupun kadang aku senang juga menyelipkan kata-kata bahasa Indonesia yang jarang dipakai, supaya pembaca lebih ngeh kalau ada kata-kata itu dalam bahasa kita sendiri. Mudah-mudahan tidak bikin kesal yang baca ^_^

D : kalo nemu istilah mahkluk fantasi yang belum ada padanannya di bahasa Indonesia biasanya langkah apa yang dilakukan? Diserap, diitalic atau dicarikan padanannya di bahasa Indonesia? Kasih contoh dong XD
U : Kalau nggak ada padanannya biasanya aku biarkan saja nggak diterjemahin, misalnya sphinx atau elf tadi. Kalau makhluk fantasinya bikinan si pengarang sendiri, dan kalau diterjemahkan kemungkinan tidak akan mengganggu, sebisa mungkin aku cari padanannya biar enak dibaca. Contoh white walker di Game of Thrones yang aku terjemahkan jadi pejalan putih. Tapi tentu saja semua kembali pada kebijakan penerbit juga. Keputusan akhir ada di mereka.

D :  Apa batasan sebuah karya fantasi terpaksa gak diterjemahkan beberapa bagiannya? misalnya nggak sesuai sama budaya Di Indonesia gitu, terlalu sadis atau saru. (sambil memandang tumpukan buku kipas)
U : Sepanjang pengalamanku menerjemahkan fantasi, belum pernah sampai nggak diterjemahkan sih. Yang membuat radar sensorku harus dipasang tinggi-tinggi itu kalau menerjemahkan romance :)

A : (Duduk manis di sebelah Dion) Buku apa yang paling lama yang pernah Mbak Uci terjemahkan? Dan berapa halaman jadinya?
U : Hmm, kadang-kadang lamanya bukan karena jumlah halamannya banyak, tapi karena diseling kerjaan lain juga hehehe. Tapi kalau buku paling tebal yang pernah aku terjemahkan (sendiri) Game of Thrones. Jadinya 900-an halaman.

D : (Ada Elf lewat di sebelah kami yang lagi duduk duduk cantik) Eh, mbak.. Kalo ketemu kata “elf”, diterjemahkan jadi peri atau tetap elf aja? *penasaran
U : Aku belum pernah nerjemahin yang ada kata "elf" deh kayaknya. Tapi mungkin tergantung bukunya. Kalau elf berperan penting dan disebut berulang kali, apalagi kalau ada kata "fairy" juga, aku akan tetap pakai "elf". Kalau hanya disebut satu kali atau sekelebat, peri kurasa tidak masalah. 
   
D :  pernah nggak dapat terjemahan yang sering kudu nerjemahin ulang? (*diam diam curhat)
U : Maksudnya saat aku menyunting terjemahan orang lain? Tidak sering, tapi pernah. 


D :  Lebih mementingkan mana, antara orisinalitas karya dengan keberterimaan pembaca di bahasa sasaran?
U :  Dua-duanya penting. Walaupun berusaha seluwes mungkin, tapi jangan sampai berubah banyak dari karya aslinya.

A  : Apa saja Suka duka menerjemahkan genre fantasi, mbaak?
U : Sukanya: Senang bisa nerjemahin cerita-cerita yang seru dan fantastis. Dukanya: Deg-degan takut dikritik penggemar hehehe. (Eaaaa, berat ya ternyata tugasnya penerjemah)

A :  Terakhir .. Ada nggak buku fantasi yang Mbak Uci sudah baca dan Mbak Uci harapkan bisa ambil bagian dalam proses penerjemahannya di Indonesia?
U : Jujur, belum kepikiran. Karena genre favoritku sebenarnya drama semacam The Help atau Gone With the Wind :) Alhamdulillah sudah kesampaian nerjemahin The Help. 

A&D : Makasih sudah mau meluangkan waktu buat kami ya, Mbaak. Semoga selalu sukses dan selalu bahagia ^^
U : Sama –sama :)

(cipika cipiki sebentar lalu bubar)

Demikian sedikit wawancara kami bersama Mbak Uci, semoga bermanfaat yaa. Buat yang penasaran, bisa coba baca karya karya beliau looh, ini beberapa buku “sentuhan” beliau yang ada di lemari saya. Oh iya, Mbak Uci bisa dikontak di twitter @bruziati :)


9 komentar on "[Event] Wawancara saya dan Dion bersama Barokah Ruziati"
  1. Aku punya Ulysses Moore. Hehe. Tapi kenapa serinya terhenti ya? Kalo ga salah cuma 6 yang diterjemahkan. Mb Uci terjemahin lagiii donggg *merajuk*

    BalasHapus
  2. Bisa tolong tanyain ke mbak uci gak, apa rasanya ketika serial fanfasi terjemahannya ga dilanjutin terbit setelah buku #1 karena penerbitnya tutup? #sokgakkenal

    BalasHapus
  3. Wah, keren mba! Ini wawancaranya diem-deim sama khalayak faksi SFF :p

    BalasHapus
  4. @ ila dan kak mute: *semoga mba uci membaca komen kalian ini XD
    @ raafi : aku bilaang kook, tapi ngga direspon. Hahaha.

    BalasHapus
  5. Tanyain dong ke Mbak Uci, kalau lagi cari penerjemah tarif murah bisa kontak saya LOL *digabruk mbak Uci dan khayalak

    BalasHapus
  6. @ila, ulysses buku 6 sudah akan terbit bulan april katanya.. kemarin liat di twitternya

    BalasHapus
  7. @Ila : Aku pun cuma nerjemahin sampai buku keempat karena yang selanjutnya Erlangga membeli yang bahasa Italia. Aku ora isoo :D

    @Mute : Ah Mute kayak nggak tahu aja bagaimana perasaanku wkwkwk

    BalasHapus
  8. Keren wawancaranya mbak Vina & mas Dion :)
    Lanjutken!

    BalasHapus
  9. Salah satu terjemahan Teh Uci yang membekas bagiku itu di Ukuran 14 Pun Tidak Gemuk. Suka banget bagian "cimeng, cimeng" itu :))

    BalasHapus

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,