Februari 09, 2021

Silsilah Duka

 





Judul Buku : Silsilah Duka

Penulis : Dwi Ratih Ramadhany

Editor : Muhammad Aswar

Penerbit : Basabasi

Cetakan Pertama : September 2019

ISBN : 978-623-6631-652

Tebal : 136 halaman



Tak ada yang tahu mengapa Ramlah mengambil tindakan senekad itu. Baru beberapa minggu ia melahirkan anaknya yang kedua, sekarang ia sudah pergi ke alam baka. Dengan cara bunuh diri. Menenggak malan panas untuk membatik. Seakan tak yakin itu cukup untuk menghilangkan nyawanya, Ramlah kemudian menggorok batang lehernya, di rumahnya sendiri.


Farid yang selama ini merasa istrinya baik baik saja, terkejut setengah mati mendengar berita kematian istrinya. Mengapa Ramlah bunuh diri? 


Buku ini menceritakan kehidupan Farid dan Ramlah sebelum tragedi itu terjadi juga setelah pemakaman selesai.



Melalui kisah yang padat dan cermat, penulis membawa kita ke hari hari terakhir Ramlah. Dengan alur yang mengalir cepat, pembaca dibuat penasaran sekaligus sebal dan kesal dengan tingkah laku para tokohnya. Menariknya, buku ini mengangkat topik yang akrab di sekitar kita, yaitu orang tua yang toksik dan postpartum depression. 


Dari sisi emak emak yang udah pernah ngerasain capeknya ngelahirin dan ngurus bayi dua kali, saya paham bagaimana depresi mengintai para ibu baru. Adaptasi yang tak mudah, bahkan cenderung dipaksa karena keadaan yang jika tidak didukung oleh support system si ibu, pasti akan sangat melelahkan. 


Apalagi kalau tekanan paling besar justru datang dari orang tua, yang harusnya kita hormati, seperti dalam kisah ini. Mau muntab kok ya ama orang tua sendiri, takut karma tentu saja. Ngga muntab kok ya, kebangetan banget celometannnya itu mulut. Apalagi dari seorang ibu yang harusnya kita hormati karena konon surga ada di telapak kakinya. 


Saya jadi berpikir banyak saat membaca buku ini. Apakah saya sekarang atau kelak nanti bisa menjadi ibu yang sabar, yang ngga rewel bawel plus toksik untuk anak anak saya dan pasangannya? Apakah kekhawatiran dan petuah petuah harus saya pendam alih alih saya ungkapkan agar tidak dicap sebagai orang tua toksik? Apakah si ibu mertua di cerita ini adalah satu satunya tokoh antagonis? 


Udah gitu tokoh tokoh lain di buku ini juga bikin saya sebel. Kenapa pada ngga peka sih sama si Ramlah yang baru ngelahirin. Padahal Ramlah sempat mengutarakan kekesalan dan kebuntuannya menghadapi si ibu mertua. Besok besok tolong kalau ada ibu baru yang curhat ama kalian mbok didengerin gitu paling ngga. 


Wes pokoknya buku ini berkesan lah buat saya. Saya jadi penasaran kira kira kapan penulisnya buat buku berikutnya ya. Bakal masuk wishlist saya tentunya x)

Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,