Judul buku : The Silent Patient (Pelukis Bisu)
Penulis : Alex Michaelides
Penerjemah : Rini Nurul Badriah
Penyunting : Barokah Ruziati
Tebal : 400 halaman, baca di GD
Cetakan pertama : 2019
ISBN : 9786020633916
Kita semua tidak waras, aku yakin, hanya berbeda-beda bentuknya
Menurutmu apa yang menyebabkan seseorang tak mau bicara selama bertahun-tahun?
Mungkin karena suatu kejadian membuatnya shock berat? Takut, terkejut, merasa tak aman, atau mungkinkah ia menyembunyikan suatu hal penting?
Alicia Berenson berhenti bicara sama sekali setelah ia terduga membunuh suaminya. Bahkan saat persidangan ia tak mau bicara untuk membela dirinya sendiri, mengapa ia membunuh suaminya atau mungkinkah orang lain pelakunya.
Alicia kemudian di rawat di sebuah rumah sakit jiwa, selama bertahun tahun dicekoki obat-obatan sedatif karena ia cenderung membahayakan dirinya dan orang lain di sekitarnya.
Di sinilah tokoh utama kita hadir, Theo, seorang psikiater yang terdorong untuk membantu Alicia. Meninggalkan jalur aman, Theo tak urung berkali kali diperingatkan bahwa jalan yang ia pilih ini cukup berbahaya. Bisa jadi Alicia terlalu rapuh untuk mengingat masa lalunya, atau mungkin saja Alicia justru terlalu pintar dalam menipu orang-orang di sekitarnya.
Betulkah Theo sedang menyelamatkan Alicia? Atau ia sendiri yang seharusnya berlari menyelamatkan dirinya?
Hih bikin sinopsisnya saja udah bikin saya senewen saat inget ceritanya. Buku ini dibaca berkat hasutan abo yang ngasih tau kalau versi indonesianya udah ada di Gramedia Digital. Udah gitu karena menang Goodreads Award dan banyak juga nemu promo kalau buku ini salah satu thriller yang harus dibaca di tahun ini, alhasil saya makin tergoda buat ninggalin buku lain dan beralih ke buku ini. Iya semudah itu saya tergoda.
Dan saya bersyukur karena sukses tergoda sih, karena ternyata ini buku emang bikin saya penasaran abis ama ceritanyaa. Susah buat berhenti karena saya terus terusan menebak jalan cerita akhirnya kek gimana. Iya emang sayanya juga yang sok sokan nebak endingnya pasti gini, lalu sewot sendiri karena endingnya lha kok gitu.
Selain diceritakan dari pov Theo, cerita juga bergulir lewat buku harian Alicia. Secara bergantian kita dibawa kembali menyusuri hari hari menjelang tragedi pembunuhan itu terjadi. Tokoh demi tokoh diperkenalkan kepada kita seraya membawa motif baru yang membuat pembaca menaruh curiga. Apakah dia pelakunya? Eh tapi mungkin si anu pelakunya, atau si ini ya?
Ceritanya ngga ada gore gorenya blas, ngga suram juga, malah cenderung sepi. Tapi kadang kan kesunyian itu yang menyebabkan benak kita jadi berpikiran yang macam macam. Tokoh favorit saya, hmm siapa ya, Alicia sepertinya. Misterius, keras kepala, sedikit labil dan berbahaya. Ada kesan angkuh tapi rapuh ketika membayangkan sosoknya.
Ceritanya ngga ada gore gorenya blas, ngga suram juga, malah cenderung sepi. Tapi kadang kan kesunyian itu yang menyebabkan benak kita jadi berpikiran yang macam macam. Tokoh favorit saya, hmm siapa ya, Alicia sepertinya. Misterius, keras kepala, sedikit labil dan berbahaya. Ada kesan angkuh tapi rapuh ketika membayangkan sosoknya.
Anyway dari buku ini saya baru sadar kalau seorang terapis itu berat bener hidupnya. Ia tak hanya mengatasi masalah pribadinya sendiri namun juga menyerap masalah dari kliennya, sehingga tak jarang dalam proses penyembuhan klien itu ia juga menyembuhkan dirinya sendiri.
Buku yang baguss, sungguh menurut saya wajib dibaca para penyuka cerita thriller.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar