Apa yang tidak membunuhku besok akan membunuhku lusa, Njet
Gaspar berencana merampok toko emas Wan Ali. Demi kesuksesan rencananya itu, ia mengajak beberapa orang yang ia kenal. Agnes, Njet, Kik, serta sepasang ibu dan anak yang tak begitu ia kenal tapi sebenarnya ia kenal.
Sewaktu membaca satu bab pertama, sejujurnya saya hampir menyerah. Firasat saya berkata *tsaah * buku ini tipe yang kalau orang suka ya bakal suka banget tapi klo orang ga suka ya ga akan selese bacanya. Tapi ya begitulah, tekad saya buat mulai nyicil baca buku-buku fisik membuat saya bertahan baca sampai akhir buku ini.
Hal-hal yang saya suka dari buku ini adalah di antaranya, benang merah yang dijalin satu demi satu tokoh hingga berkelindan membuat saya sebagai pembaca penasaran siapa sebenarnya tokoh-tokoh dalam cerita ini. Siapa Gaspar? Siapa yang diwawancara oleh polisi? Siapa yang meninggal? Apa sebenarnya yang Gaspar cari di toko Wan Ali?
Terus saya juga suka cara penulis menokohkan para lakonnya dengan sarkasme yang tinggi XD Cara mereka berkata dan bertindak, terutama Gaspar, baik langsung atau tidak terkadang mengkritik hal-hal yang sering kita dengar dalam berita sehari-hari. Enteng aja lagi si penulis masukin sarkasnya ke dalam dialog.
Menurutmu, jika hasil rampokan dibagi dengan adil, apakah akan mengurangi dosanya?
Meski beberapa hal terasa sangat muskil untuk dilogika tapi ya udah dibaca aja dulu pokoknya XD Keknya novel-novel yang ikut lomba DKJ emang rata rata banyak absurdnya, contoh saja novel Semua Ikan di Langitnya Ziggy.
Mendengar Gaspar akan difilmkan, saya penasaran tapi sekaligus khawatir apakah Gaspar akan kehilangan keabsurdannya atau tetap setia dengan perangai dan keanehannya. Sementara itu, bisalah kalian coba baca dulu bukunya siapa tau besok harga naik. *heh
Be First to Post Comment !
Posting Komentar