Desember 22, 2022

Kitchen

 




Judul buku : Kitchen

Penulis : Yoshimoto Banana

Penerjemah : Ribeka Ota

Editor : Windy Ariestanty

Penerbit : Haru

Tahun terbit : Cetakan ketiga, April 2022

Tebal : 224  halaman

ISBN : 978-623-7351-689


Tuhan, semoga aku bisa melanjutkan hidupku


Ada dua cerita dalam buku ini, Kitchen dan Moonlight Shadow. Keduanya mengambil tema yang sama, yaitu kehilangan orang yang kita cintai. 


Kitchen bercerita tentang Mikage yang hidup sendirian setelah neneknya meninggal dunia. Semenjak kedua orang tuanya meninggal, Mikage hanya hidup berdua dengan neneknya sehingga kehilangan satu satunya anggota keluarga yang ia kenal itu meninggalkan luka yang amat dalam di jiwanya. Ia jatuh ke dalam lubang kesedihan yang dalam hingga tak tahu harus berbuat apa. Padahal ia harus segera pindah tempat tinggal juga, tapi ia masih belum menyusun apa apa.


Suatu hari seorang pemuda datang dan mengajaknya untuk datang ke rumahnya. Yuichi -nama pemuda itu- mengenal nenek Mikage dari toko bunga tempat nenek biasa membeli bunga. Di rumah Yuichi, ibunya yang bernama Eriko bersikap sangat ramah dan meminta Mikage untuk tinggal di rumah mereka. Cerita dilanjutkan tentang bagaimana Mikage dan Yuichi berproses menghadapi kehilangan orang tersayang. 


Cerita kedua cukup singkat, berkisah tentang seorang wanita yang kehilangan kekasihnya karena kecelakaan. Lelaki itu memiliki adik dan kekasih adiknya juga ikut meninggal dalam kecelakaan tersebut. Cerita berlanjut tentang bagaimana kedua orang yang ditinggalkan ini melanjutkan hidup yang ternyata tak mudah karena sangat rindunya mereka terhadap kekasihnya.


Astaga, membaca buku ini seperti mengopek luka lama, hahahaha. Saya rssa setiap orang pasti pernah kehilangan seseorang yang ia sayang, entah karena perpisahan atau kematian. Meski saya tidak mau mengingat ingat bagaimana remuknya saya sewaktu kehilangan, tapi kenangan itu terkadang melintas begitu saja seperti mimpi dari masa lalu. Malam-malam penuh mimpi buruk, atau malam-malam tak bisa tidur, kelelahan yang amat sangat setiap pagi dan tahu ada rutinitas yang harus dijalani. Bodohnya saya mungkin karena saya tahu saya butuh pertolongan tapi saya tak berani meminta pertolongan. 


Jadi ya begitulah, meski butuh berbulan-bulan dan luka yang makin menganga, tapi perasaan kehilangan itu lama lama akan menjadi sesuatu yang akrab dengan kita. Seperti ketika terjatuh lalu lukanya menimbulkan parut yang amat dalam dan besar, seperti itulah mungkin yang dirasakan tokoh-tokoh dalam cerita ini. 


Selain ceritanya yang akrab, kalimat kalimat penyemangat yang ditulis di buku ini juga terasa real tapi menyentuh. 


Apapun yang terjadi, aku ingin terus merasakan bahwa diriku kelak mati. Kalau tidak, aku tidak bisa merasakan diriku ini hidup


Karakternya memang tidak ada yang spesial, apalagi tokoh-tokoh utama. Semuanya ditokohkan sebagai orang biasa yang pernah kehilangan atau punya masa lalu yang menyedihkan. Perasaan kehilangan dan keterpurukan juga dilukiskan dengan pahit dalam buku ini. Bahasa terjemahan yang digunakan juga terasa pas, saat berbunga-bunga atau saat sarkas juga tetep aja kerasa pasnya. 


Buku yang baguus, terutama buat kalian yang lagi berjuang untuk survive atas sebuah kehilangan. Satu malam lagi, satu pagi lagi. Bertahanlah. Sampai suatu hari nanti kalian melihat ke belakang dan baru tersadar kalau kalian telah beranjak jauh dari masa lalu itu. Tidak hilang, masih terasa sakit kadang, tapi kelak kalian merasa sudah lebih baik.

Be First to Post Comment !
Posting Komentar

EMOTICON
Klik the button below to show emoticons and the its code
Hide Emoticon
Show Emoticon
:D
 
:)
 
:h
 
:a
 
:e
 
:f
 
:p
 
:v
 
:i
 
:j
 
:k
 
:(
 
:c
 
:n
 
:z
 
:g
 
:q
 
:r
 
:s
:t
 
:o
 
:x
 
:w
 
:m
 
:y
 
:b
 
:1
 
:2
 
:3
 
:4
 
:5
:6
 
:7
 
:8
 
:9

Salam,

Salam,