Judul buku : The High House
Penulis : Jessie Greengrass
Penerbit : Swift Press
Baca di Scribd
Tebal : 256 halaman
ISBN : 978-1-80075-008-1
You think that you have time. And then, all at once, you don’t
Berlatar di sebuah kota kecil di Inggris ketika bencana alam terjadi di seluruh dunia akibat perubahan iklim yang drastis. Buku ini diceritakan dari tiga sudut pandang tokoh yang berbeda yaitu Caro, Pauly dan Sally.
Akibat perubahan iklim yang ekstrem, terjadi kekeringan parah dan hujan deras di belahan dunia berbeda. Seorang ilmuwan iklim bernama Francesca mengetahui tanda-tanda bencana ini dan mempersiapkan sebuah rumah sementara yang disebut High House untuk anak-anaknya yaitu Caro dan Pauly. Ia memenuhi rumah itu dengan berbagai barang dan stok makanan, obat-obatan juga kebun yang ditanami berbagai macam tanaman yang bisa dimakan.
Ketika Franscesca dan suaminya sedang pergi keluar kota untuk menghadiri konferensi iklim, anak-anaknya diminta untuk segera pergi menuju High House. Rumah ini terletak agak tersembunyi dari jalanan umum, sehingga tidak ada orang lain yang tahu. Jadi ketika Caro melihat ada Sally dan kakeknya di rumah itu, ia terkejut tetapi tidak mau ambil pusing sebab ia sibuk berduka dan lelah mental dan fisik.
Sebenernya buku ini cukup tipis sih, ngga terlalu tebal makanya saya pilih untuk bacaan Reading Challenge tentang climate fiction. Ketika membaca buku ini, tanda-tanda yang dituliskan di dalamnya cukup banyak telah terjadi sekarang ini. Bukan sebuah kemustahilan bahwa kelak bisa saja bencana alam di buku ini beneran kejadian. Musim panas yang panjang, kebakaran di Australia, lalu hujan lebat dan banjir di sisi lain bumi.
Francesca sebagai seorang ilmuwan merasa memiliki tanggung jawab untuk memberitakan ke seluruh dunia bahwa akan ada bencana besar di depan mata. Saya suka melihat bagaimana tokohnya diberi karakter berbeda dari dua sudut pandang, Caro dan Sally. Dari Caro, ibu tirinya itu adalah seorang yang egois dan tidak banyak bicara. Ia merasa Francesca tidak terlalu menyukainya. Ia merasa beban sebagai ibu dilimpahkan Francesca kepadanya karena ialah yang harus mengawasi Pauly ketika ibunya pergi keluar kota.
Dari Sally, tokoh Francesca adalah seorang wanita yang keras, mandiri tapi sangat menyayangi anak-anaknya. Diam diam membenahi High House dengan detail agar nanti dapat ditempati saat bencana terjadi.
Buku ini juga membuat saya memandang segala hal sederhana yang biasa kita punya menjadi istimewa.
The clean feeling which comes from using soap. Butter. Coffee. Hot running water from the tap. The routine absence of hunger and worry. Not having to think about the constant eking out of our resources. Lemons. Frozen pizza. Ice cubes
Selain keterkaitan dengan bencana alam yang mengintai anak cucu kita, novel ini juga mengetuk hati pembaca terutama kami yang telah menjadi orang tua. Hal-hal apa yang telah kita ajarkan untuk anak anak kita agar mereka dapat survive ketika kita meninggal nanti?
Sebuah bacaan yang sederhana, dengan konflik dan penyelesaian yang tidak ngoyo, ngga berlebih lebihan, tapi diceritakan dengan apik. Satu satunya hal yang agak mengganggu adalah pov Pauly yang terlihat amat dewasa tidak sesuai dengan usianya. Tapi tak apalah, tidak terlalu banyak juga pov darinya.
Be First to Post Comment !
Posting Komentar