Slide Show

Agustus 29, 2021

The Scent Keeper





 Judul buku : The Scent Keeper

Penulis : Erica Bauermeister

Penerbit : St. Martin's Griffin

Tebal : 311 halaman, e-book baca di Scribd

ISBN : 978-125-020-0143

Cetakan pertama : Februari 2020


“Once upon a time, Emmeline…” he began, and his voice rolled around the rhyme of it as if the words were made of chocolate.


Seumur hidupnya Emmeline hanya mengenal Papanya. Mereka hidup berdua di pulau terpencil, mengandalkan alam sebagai sumber makanan dan penghidupan. Seiring dewasanya Emmeline, ia mulai penasaran dengan kehidupan di luar pulau, terlebih ketika ia akhirnya melihat lautan luas yang selama ini tidak pernah ia lihat karena Papa melarangnya. 


Sayangnya, sebuah tragedi terjadi di pulau dan membuat Emmeline meninggalkan rumahnya. Ia tinggal bersama Colette dan Henry, pasangan yang kemudian mengasuhnya dengan penuh kasih sayang. 

Hidup terus berjalan dan Emmeline makin penasaran dengan masa lalu kedua orang tuanya.


Ia selama ini begitu akrab dengan aroma yang ada di sekitar. Sedemikian akrabnya sehingga bahkan ketika ia menemui seseorang, ia bisa tahu apakah orang itu sedang marah atau jatuh cinta atau bersedih hanya dengan mencium aromanya. Papa juga memiliki kemampuan yang sama, sehingga selain bakat, Papa membimbingnya untuk mengekspkorasi aroma aroma di sekitarnya sedari kecil. 

Papa bahkan memiliki mesin antik yang dapat menangkap aroma tertentu pada saat tertentu, sehingga seperti polaroid, kita bisa menyimpannya dalam bentuk kertas yang ditempatkan dalam vial vial yang disusun di laci laci bertingkat di rumah mereka di pulau.


Siapa sebenarnya Papa? Dan mengapa Papa tak pernah memberitahu Emmeline tentang masa lalunya? 

Agustus 06, 2021

Lebih Senyap dari Bisikan

 


Judul buku : Lebih Senyap dari Bisikan
Penulis : Andina Dwifatma
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 155 halaman
Cetakan pertama : Juni 2021


Hari itu aku baru tahu bahwa lebar mulut rahim ternyata dihitung secara manual.


Usia pernikahan Amara dan Baron telah memasuki umur delapan tahun ketika akhirnya Amara hamil. Tentu saja kehamilan itu disambut dengan kebahagiaan oleh keduanya. Mereka mempersiapkan kamar cantik, calon nama, serta segala tetek bengek yang berhubungan dengan bayi dan kehamilan.

Karena cerita ini diceritakan dari sudut pandang Amara, maka bisa kita lihat betapa bahagia sekaligus khawatirnya ia akan anak yang masih ia kandung. Ia khawatir perkembangan tubuh janinnya, khawatir kecukupan gizinya, sampai khawatir tentang betapa mengerikannya dunia luar yang kelak akan anaknya tempati setelah lahir.

Nah begitu si anak yang diberi nama Yuki lahir, segalanya berubah jungkir balik. Semua persiapan dan panduan menjadi orang tua tiba tiba menjadi tak berguna. Yuki menangis, menjerit, tidak mau menyusu, tidur sebentar sebentar, dan segala kekhasan bayi baru lahir lainnya yang akibatnya tentu saja membuat kedua orang tua (atau seorang ibu) menjadi super panik, sensitif, mudah lelah, tapi juga bahagia.

Tak cukup berhenti di situ, permasalahan lain juga datang seakan ngga ada habis habisnya.

Membuat Amara kembali mempertanyakan makna pernikahannya sendiri. Menjadikan Amara menata kembali skala prioritasnya, dan berusaha menjadi tiang yang mengokohkan keluarganya.

Tapi mampukah Amara?

Salam,

Salam,