Judul Buku : Bliss - The Bliss
Bakery Trilogy #1
Penulis : Kathryn Littlewood
Penerjemah : Nadia Mirzha
Penyunting : Lulu Fitri Rahman
Penerbit : Mizan Fantasi
Cetakan Pertama : November 2012
Tebal : 310 halaman, paperback
ISBN : 978-979-433-690-8
Keluarga Bliss memiliki usaha
sebuah toko kue di kota Calamity Falls. Dengan empat anaknya, Ty, Rose, Sage
dan Leigh, keluarga tersebut cukup dikenal dan disegani oleh masyarakat. Kue
kue dari toko mereka terkenal karena selain rasanya yang enak, juga kemampuan
kuenya mengatasi masalah. Iya, sebut saja snickerdoodle Tidur Pulas agar Mr.
Rook tidak lagi berjalan dalam tidur, Macaroon putih mengembang untuk Mr.
Wadsworth yang terjebak di dasar sumur, atau kue jahe menyanyi untuk Mrs.
Rizzle yang suaranya serak.
Suatu hari, walikota dari kota sebelah meminta bantuan orangtua Rose untuk membuat Croissant almond dan Cheesecake labu dengan jumlah banyak dalam upaya memberantas wabah flu. Awalnya mereka menolak, sebab mereka tidak pernah meninggalkan anak-anak mengurus toko kue sendirian. Tapi mereka juga tidak tega untuk tidak membantu orang lain. Keputusan diambil dan selama seminggu ke depan, mereka akan menitipkan toko kue ke Rose dan saudara-saudaranya.
Rose yang sudah sangat bahagia dan bersemangat untuk mencoba resep resep ajaib milik keluarganya terpaksa menelan kekecewaan karena orangtuanya bahkan tidak mengijinkan mereka menggunakan resep-resep ajaib tersebut. Alih alih mereka hanya menyuruh Rose dan saudara saudaranya untuk membuat kue yang biasa biasa saja. Rose kecewa karena ia tidak merasa dipercaya oleh orangtuanya, padahal selama ini ia adalah anak yang paling giat membantu orang tuanya di toko kue.
Setelah kepergian si ayah dan
Ibu, datanglah seorang wanita bernama Bibi Lily yang mengaku bahwa ia masih
memiliki garis keturunan keluarga Bliss. Rose ingat bahwa dulu orang tuanya
pernah menyebut nama Lily, tapi tidak mau membahas siapa wanita itu. Ragu-ragu,
Rose menerima Lily tinggal sementara di rumah mereka. Saudara-saudara Rose
ternyata sangat menyukai Lily, selain karena wajahnya yang cantik dan menarik,
Lily juga pintar membuat masakan enak dan lezat. Ini sebenarnya membuat Rose
cemburu, sampai suatu ketika Lily menyebut-nyebut tentang resep ajaib keluarga
Bliss.
Kecurigaan mulai berkembang di benak Rose, jangan-jangan Bibinya yang baik hati itu diam diam memiliki maksud tersembunyi terhadap keluarga Bliss. Maka seminggu bersama Bibi Lily bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah, keributan dan sentuhan sihir yang berlebihan terjadi di mana mana, bahkan merebak ke kota mereka. Bagaimana Rose menangani itu semua sebelum orangtuanya pulang ke rumah?
Rose bukanlah karakter heroine yang mudah dicintai pembaca, setidaknya oleh saya. Buat saya, Rose terlalu rendah diri dan kurang dicintai. Karakter utama ini ditambah saudara-saudaranya yang tidak spesial semakin membuat saya tidak nyaman menikmati ceritanya. Ty yang terlalu egois, Sage yang sembrono, oh mungkin kepolosan dan kejujuran Leigh si Bungsu adalah satu satunya penghibur saya dalam buku ini.
Karakter Rose tidak berkembang dari awal sampai akhir, meski kemudian dia tiba tiba 'sadar' bahwa dia dicintai, tapi kesadaran itu menerpanya secara instan.
Bibi Lily sebagai karakter antagonis jelas memiliki peran dominan dalam buku ini. Semenjak kedatangannya, ia sudah menimbulkan konflik baik di diri Rose maupun pada cerita utama. Tanpa Bibi Lily, kita mungkin hanya menemukan Rose yang merutuki seminggu tanpa orang tua dan tanpa resep ajaib mereka. Lily adalah wanita yang memiliki kepercayaan diri yang besar, entah berkat sihir atau bukan, tapi dari dia kita bisa mendapat pelajaran bahwa kunci dari mengatasi sebuah masalah adalah mengawalinya dengan rasa percaya diri. Dengan itu dia dengan mudah 'menguasai' orang-orang di sekitarnya.
Yang membuat saya 'sadar' setelah membaca buku ini adalah bahwa kadang kita sebagai orang tua kelewat menyayangi anak-anak sampai merahasiakan sesuatu dari mereka. Padahal dalam sebuah keluarga, akan lebih baik jika anak-anak tahu rahasia yang dijaga oleh orang tua mereka, kalau kalau suatu hal buruk terjadi. Dalam kasus ini kehadiran Bibi Lily secara tiba tiba saat orang tua Rose tidak ada di rumah.
“Orang dewasa seharusnya tidak
boleh meminta seorang anak menyimpan rahasia mereka.” – Hal. 135
Meski secara keseluruhan saya menyukai ide toko kuenya, juga makanan makanan istimewa yang diolah dari resep unik dan bahan bahan ajaib, saya rasa buku ini cuma dapat tiga bintang, itu sudah termasuk cover buku yang cantik.
Well, don't judge a book by its cover, do you?
Cuma 3 bintang vin???
BalasHapusDuh.. kok mendadak ragu pengen baca ya... Padahal buku 1 dan 2 udah ada ditimbunan..
Kupikir isi bukunya bakal sama hebohnya dengan covernya #ngasal
aku juga kurang enjoy bacanya dan karakter anak-anaknya ngga ada yg likeable.
BalasHapusAku juga cuma kasih tiga bintang, lebih karena mengingat penampilannya yang menggoda iman banget, jadi pengen terusin baca, hihihi..
BalasHapusduh kok kayaknya reviewnya pada nggak suka sama buku ini ya rata2, hehe...mana masih ada di timbunan pula bukuku XD
BalasHapus